Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembebasan Lahan Alot, Relokasi Warga Mundur

Kompas.com - 26/02/2015, 21:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pembebasan lahan untuk keperluan proyek normalisasi dan sodetan Kali Ciliwung masih menghadapi kendala dalam pembebasan lahan. Akibatnya, target relokasi warga dari bantaran kali mundur hampir satu bulan dari jadwal.

Pembebasan lahan untuk sodetan Kali Ciliwung di Kelurahan Bidaracina, Jatinegara, Jakarta Timur, saat ini masih harus melalui penelitian kepemilikan lahan. Dari penelitian lahan ditemukan sebagian areal lahan itu merupakan milik PT Pertamina, perusahaan asuransi Jiwasraya, dan Pemprov DKI, tetapi diokupasi warga sebagai tempat tinggal.

Hingga Rabu (25/2), dari 527 bidang tanah di bantaran Kali Ciliwung yang terkena proyek normalisasi, terdata 80 persennya adalah tanah milik negara yang digarap warga. Selebihnya adalah tanah berstatus hak guna bangunan.

”Namun, uang pembebasan lahan ini masih menunggu dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. Makanya, kami belum dapat lanjutkan ke pelunasan pembebasan lahan,” ujar Camat Jatinegara Syofian Taher.

Pembebasan lahan sodetan Kali Ciliwung di Bidaracina, menurut Syofian, sedang dalam proses penelitian kepemilikan lahan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Menurut rencana, pekan ini BPN Jakarta Timur akan melaporkan hasil penelitiannya kepada Wali Kota Jakarta Timur.

”Setelah diperoleh hasil penelitian dari BPN, wali kota akan segera laporkan ke Gubernur DKI,” ujar Syofian.

Menurut Syofian, dipastikan relokasi warga bantaran Kali Ciliwung yang jadwalnya pada awal Maret mundur menjadi akhir Maret.

”Bagaimana mau relokasi, rusunawa di Jatinegara Barat untuk warga Ciliwung saja belum diserahkan Kementerian Perumahan kepada DKI,” katanya.

Total ada 527 bidang atau rumah di bantaran Kali Ciliwung yang terkena proyek normalisasi Kali Ciliwung. Tidak kurang dari 937 keluarga terkena proyek normalisasi itu sehingga harus direlokasi ke rusunawa.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan 500 unit di Rusunawa Jatinegara Barat, dan tambahan 200 unit di Rusunawa Cipinang Besar Selatan.

Selain akan direlokasi, warga yang terkena proyek normalisasi juga akan mendapatkan uang pembebasan lahan. Sesuai Peraturan Gubernur Nomor 190 Tahun 2014, rumah di atas tanah negara akan dibayar 25 persen dari nilai jual obyek pajak (NJOP).

Sebelumnya, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama mendesak agar sodetan Kali Ciliwung segera dilanjutkan. Proyek yang akan menyodet aliran Ciliwung ke Kanal Timur lewat Kali Cipinang itu berupa terowongan sepanjang 1,2 kilometer.

Menurut Basuki, Pemprov DKI terus mendorong pembebasan lahan segera diselesaikan. ”Tahun ini sodetan Kali Ciliwung harus selesai,” ujar Basuki.

Apalagi, kata Basuki, tanah yang akan dibebaskan untuk sodetan Kali Ciliwung itu belakangan diketahui milik negara. Puluhan tahun tanah negara itu diduduki warga. Oleh karena itu, ganti ruginya hanya dapat mengikuti aturan Pergub Nomor 190 Tahun 2014, yakni hanya 25 persen dari NJOP.

”Kadang warga tak mau dibayar 25 persen karena maunya harga pasar. Kalau mengikuti warga, kami akan masuk penjara. Kemungkinan kami akan paksa mereka. Tahun ini harus selesai,” ujar Ahok.

Sejak proyek sodetan dilaksanakan pada pertengahan 2014 sampai Februari ini, pengeboran baru dapat dilaksanakan di ruas tengah terowongan yang menjadi tempat pengangkatan mata bor di Jalan Otista 3. (MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com