Beroperasi sejak 17 tahun yang lalu atau tepatnya mulai 1 Februari 1998, apa saja yang sudah diperbuat oleh PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) untuk memenuhi hak atas air masyarakat yang tinggal di wilayah barat DKI Jakarta?
Peranan PALYJA dalam tata kelola air di Jakarta adalah sebagai operator penyedia layanan air bersih di wilayah barat DKI Jakarta yang bertanggung jawab untuk pengoperasian dan pemeliharaan seluruh infrastruktur maupun pelayanan pelanggan (customer care, pembacaan meter, proses penagihan dan collection).
Hal ini mencakup produksi, distribusi, pemeliharaan, perbaikan dan pembangunan jaringan termasuk menurunkan tingkat kehilangan air, meningkatkan kuantitas, kontinuitas dan kualitas air bersih hingga pelayanan pelanggan mulai pemasangan baru, reclass, pencatatan meter, dan pelayanan pelanggan lainnya.
Total panjang jaringan pipa PALYJA yang tertanam di bawah permukaan tanah Jakarta mencapai lebih dari 5.423 km, dengan jumlah pelanggan lebih dari 405 ribu yang telah tersambung. Ini artinya lebih dari 3 juta populasi di wilayah pelayanan PALYJA telah terlayani akses air bersih.
Alih Transfer Teknologi
Dalam kegiatan operasionalnya, Suez Environement sebagai pemegang saham mayoritas PALYJA tak segan menerapkan berbagai inovasi dan teknologi terbaiknya seperti deteksi kebocoran tak telihat (invisible leaks) menggunakan Gas Helium. Dibawah supervisi dari tenaga ahli dari Suez Environnement, teknologi ini telah diterapkan di PALYJA sejak tahun 2008.
Selain itu, PALYJA juga memiliki teknologi kamera (JD7) yang dapat merekam segala bentuk kebocoran secara audio visual di dalam jaringan pipa primer sepanjang 1 km. Berkat bantuan teknologi tersebut puluhan ribu kebocoran pipa telah terdeteksi dan diperbaiki.
Misalnya pada 2012, tercatat lebih dari 63 ribu titik kebocoran telah diperbaiki. Pada tahun 2013 sebanyak 52.514 titik dan tahun 2014 yang lalu sebanyak 33.527 titik kebocoran. Sehingga, selama tahun 2014, PALYJA telah berhasil menyelamatkan lebih dari 4 juta m3 air bersih.
“Dengan adanya berbagai teknologi tersebut maka PALYJA telah berhasil menurunkan tingkat kehilangan air/non revenue water (NRW) menjadi 39,6 persen di tahun 2014. Sementara di awal tahun 1998, angkanya sekitar 60 persen”, kata Meyritha, Kepala Divisi Corporate Communications dan Tanggung Jawab Sosial PALYJA.
Lebih lanjut, PALYJA juga memiliki Distribution Monitor and Control Center (DMCC) yaitu Pusat Pemantauan dan Pengendalian Distribusi yang mulai beroperasi tahun 2006, DMCC beroperasi selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Tugas utama DMCC adalah melakukan monitoring dan controlling air baku, proses produksi, pemompaan air bersih, dan proses jaringan transmisi serta distribusi.
DMCC juga melakukan kendali atas booster pump secara jarak jauh, mengiriman informasi yang terkait dengan gangguan distribusi, juga melaporan pencapaian total volume produksi harian.
“Dengan adanya DMCC maka data mulai dari pemantauan air baku, proses produksi hingga jaringan transmisi dan distribusi termasuk gangguan yang terjadi, lebih mudah diakses sehingga penanganannya dapat dilakukan segera secara efektif dan efisien”, ujar Meyritha.
Air Baku Jakarta
Air bersih yang dinikmati oleh pelanggan PALYJA diperoleh dari pengolahan air baku yang bersumber dari Waduk Jatiluhur dan juga air curah olahan dari Tangerang. Selama tujuh belas tahun pula kondisi demikian tidak berubah secara signifikan, meski jumlah pelanggan telah meningkat 2 kali lipat.
Air baku dari 13 sungai dan puluhan waduk di DKI Jakarta hanya sedikit sekali yang dapat digunakan, yaitu hanya 5% dari total kapasitas PALYJA. Hal ini disebabkan air sungai dan waduk tersebut memiliki tingkat polusi yang tinggi dan tidak memenuhi baku mutu untuk digunakan sebagai air baku guna diolah menjadi air bersih.