Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Pemadam Gedung Jangkung Rapuh

Kompas.com - 11/03/2015, 14:03 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Sulitnya memadamkan api yang melalap Wisma Kosgoro di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, sepanjang Senin petang hingga Selasa (10/3) pagi mencerminkan rapuhnya sistem pemadam kebakaran di gedung-gedung bertingkat di Ibu Kota. Perangkat pemadam tidak selalu siap difungsikan dan penempatannya pun kurang tepat.

Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta Subejo, Selasa (10/3), mengatakan, pengelola gedung Wisma Kosgoro sudah pernah mendapatkan peringatan pada tahun 2008 bahwa sistem penanggulangan kebakaran di gedung ini tidak prima. Namun, peringatan tersebut agaknya belum ditindaklanjuti sehingga beberapa sistem proteksi kebakaran tidak berfungsi.

Subejo mengatakan, dalam proses pemadaman kebakaran sejak Senin malam, pihaknya menemukan bahwa lift kebakaran tidak beroperasi. Lift ini berfungsi mengantarkan petugas pemadam sampai ke lantai yang terbakar. Minimal, lift bisa mengantarkan hingga satu lantai di bawah lokasi kebakaran. Kemarin, petugas harus menggunakan tangga darurat untuk mencapai lokasi kebakaran di lantai 16 hingga 20. "Padahal, pemadaman dari dalam lebih optimal dibandingkan pemadaman dari luar gedung," katanya.

Meskipun demikian, Hayono Isman, pemilik Wisma Kosgoro, mengakui, gedung tersebut memang dibangun tahun 1970-an, tetapi bukan berarti fasilitas pemadam kebakaran yang melengkapinya sudah tidak optimal. "Gedung ini masih bagus kok. Jaringan listrik dan alarm pun masih bagus," katanya.

Hayono malah menyesalkan penempatan pemadam kebakaran berupa skylift atau tangga setinggi 90 meter milik Pemprov DKI di Ciracas, Jakarta Timur. Fasilitas seperti itu hendaknya ditempatkan di kawasan yang padat bangunan jangkung, seperti Jalan Thamrin-Jalan Sudirman.

"Di Ciracas, kan, tak banyak gedung tinggi-tinggi. Kenapa harus alat itu ditempatkan di sana?" katanya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengingatkan para pemilik gedung tinggi agar duduk bersama untuk mengantisipasi kebakaran karena penanganannya lebih ekstra. "Salah satunya soal ketersediaan air. (Kebakaran) gedung tinggi tidak bisa hanya dengan satu dua tangki. Perlu ribuan meter kubik air. Saya pastikan hidran kita bermasalah, airnya banyak dicuri orang, saluran airnya juga tidak pernah dicek," katanya.

Dia juga mengingatkan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta agar mengupayakan pengadaan skylift yang bisa menjangkau gedung tinggi lebih dari 20 lantai. Saat ini, lanjut Djarot, skylift yang dimiliki dinas baru bisa menjangkau 15-20 lantai. Dia meminta agar pemilik gedung tinggi ikut berpartisipasi dalam pengadaan skylift.

"Saya perintahkan kepada Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan agar secara rutin mengecek sistem pengamanan bahaya kebakaran di gedung tinggi. Ini untuk kepentingan mereka (pemilik gedung) juga," ujar Djarot.

Penyebab masih diusut

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul mengatakan, polisi masih menyelidiki penyebab kebakaran yang terjadi di Wisma Kosgoro. Belum diketahui secara pasti kebakaran yang terjadi di salah satu gedung tinggi di Jalan MH Thamrin.

Tidak ada korban dalam peristiwa yang terjadi pada Senin malam itu. "Petugas ada yang melihat bahwa api berasal dari lantai 16, tetapi hal itu masih perlu didalami," kata Martinus.

Untuk mencari penyebab kebakaran, polisi akan menurunkan petugas dari Laboratorium Forensik Mabes Polri. Pemeriksaan di lokasi kebakaran akan dilakukan setelah pemadaman oleh petugas pemadam kebakaran selesai. "Labfor akan melakukan pemeriksaan setelah pemadaman selesai dilakukan," ujar Martinus.

Audit

Subejo mengimbau pemilik gedung di Jakarta agar mengaudit internal sistem pengamanan di gedung masing-masing.

"Hasil audit harus dilaporkan ke kami. Setelah itu, kami akan mengklarifikasi hasil audit itu. Masalahnya, banyak pengelola gedung yang tak memiliki tenaga ahli untuk masalah ini sehingga masih membutuhkan bantuan petugas damkar," katanya.

Dengan adanya peraturan baru yang terbit tahun ini, Subejo mengatakan, pihaknya bisa melakukan penegakan hukum terhadap pengelola gedung yang belum memperhatikan kondisi peralatan pencegah kebakaran.

"Kami akan memasang stiker di setiap bangunan yang tidak memenuhi standar keselamatan bangunan sehingga masyarakat dan penyewa ruangan di gedung bisa melihat apakah gedung yang mereka gunakan itu sesuai standar keselamatan atau tidak," katanya.

Dia mengatakan, ada 12 gedung di Jakarta yang akan diteliti lebih lanjut karena kondisinya rawan. Gedung tersebut umumnya sudah tua dan memiliki persoalan dengan sistem penanggulangan kebakaran.

Pengamat konstruksi dari Universitas Tarumanagara, Rusdiman, berpendapat, perawatan peralatan pemadam kebakaran di dalam gedung bertingkat merupakan tanggung jawab pengelola gedung.

"Pemda berwenang mengeluarkan izin di awal gedung akan diserahterimakan dari kontraktor ke pengelola gedung. Pada tahap ini, kalau alat kelengkapan pencegah kebakaran tidak ada, bisa saja izin tidak dikeluarkan. Tetapi, untuk perawatan alat selanjutnya menjadi wewenang pengelola gedung," kata Rusdiman, yang juga menjabat Rektor Universitas Tarumanagara.

Sejauh ini, Rusdiman melihat, jumlah orang yang memiliki kecakapan dalam hal perawatan peralatan pencegah kebakaran sudah cukup. Namun, kemampuan mereka perlu diasah.

Peralatan pencegah kebakaran seperti sprinkler dan hidran harus dirawat berkala agar bisa beroperasi saat terjadi kebakaran. Hidran harus bisa mengalirkan air di gedung meskipun listrik padam. Karena itu, genset dan aki yang menggantikan listrik PLN saat kebakaran harus dipastikan berfungsi. Begitu pula sirene tanda kebakaran.

Sehari tiga kebakaran

Sementara itu, di tengah teka-teki penyebab kebakaran Wisma Kosgoro, kemarin dalam sehari terjadi kebakaran di tiga tempat berbeda. Pertama, kebakaran di permukiman padat Jalan Sodong, Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (10/3) sekitar pukul 10.30. Tak kurang dari 20 rumah warga dan rumah kontrakan hangus terbakar.

Kedua, di kawassan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Api melalap sebuah rumah toko di Jalan Karang Anyar Raya. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.

Ketiga, di Bogor, tepatnya di kawasan hunian padat, di RT 004 RW 012 Kampung Padasuka, Cipakancilan. Separuh dari 84 warga korban kebakaran bertahan di aula Kelurahan Padasuka, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

Kepala Seksi Operasional Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jaktim Moelyanto mengatakan, total ada 20 rumah warga dan kontrakan yang hangus terbakar. Sebanyak 40 keluarga atau 150 jiwa yang tinggal di 20 rumah yang terbakar itu pun kehilangan tempat tinggal.

"Dari hasil pemeriksaan kami, diketahui api berasal dari warung milik Lasmini," kata Moelyanto.

Diduga kebakaran dipicu korsleting listrik di rumah seorang warga. Api dengan cepat melalap deretan rumah di sekitarnya yang berimpitan. (FRO/RAY/ART/RTS/MDN/BRO/B09/B10)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com