Maiyanti mencontohkan, setiap harinya, jika tidak ada agenda rapat, dia selalu ingin ikut kepala seksi bidang pemerintahan dan bidang lainnya untuk ikut ke lokasi pengaduan. Dengan begitu, dia pun juga bisa berbincang langsung dengan warga yang mengadukan masalah tersebut sehingga bisa dicapai sebuah kesepakatan bersama.
"Lebih enak turun ke lapangan. Di kantor doang mah saya bosan. Kalau ketemu orang lebih enak," ujar dia.
Terkait dengan banyaknya pengaduan di Qlue yang tidak direspons, menurut Maiyanti, ada oknum ketua RT di wilayahnya yang sengaja membuat aduan-aduan tak berarti. Hal tersebut diucapkannya berdasarkan laporan staf kelurahan yang mengaku tahu tentang hal itu.
"Jadi, memang ada ketua RT di RW 02, dia memang bermasalah dari dulu, sebelum saya jabat malah dapat dari cerita-cerita gitu. Dia bikin nama samaran terus upload 392 aduan di Qlue yang enggak penting dari bulan Maret," kata Maiyanti.
Maiyanti mencontohkan, aduan yang dimuat ke Qlue oleh oknum ketua RT tersebut ialah seperti memfoto bungkusan plastik sampah yang memang sengaja diletakkan di depan rumah. Menurut Maiyanti, bungkusan sampah itu memang wajar ada di sana karena rumah tersebut tidak ada tempat sampah. Namun, di laporan tersebut, oknum ketua RT itu mengadu jika sampah di sana sangat mengganggu.
"Pas saya tanya ke warga di sana, enggak ada yang ngelaporin gitu. Saya jadi bingung kan," kata Maiyanti.
Sebelumnya, Basuki sempat meminta kepada Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pemerintahan DKI Bambang Sugiyono untuk mengevaluasi kinerja Lurah Roa Malaka. Basuki pun sempat mengira jika Lurah Roa Malaka gagap teknologi atau gaptek sehingga tidak merespons tiap aduan di Qlue. (Baca: Ahok Soroti Kinerja Lurah Roa Malaka karena Responsnya Buruk terhadap Keluhan)
Adapun selain Kelurahan Roa Malaka, empat kelurahan lain juga dinilai melalaikan keluhan warga di Qlue. Peringkat kedua adalah Kelurahan Kebon Kelapa, diikuti Kelurahan Pasar Baru, Pinangsia, dan Grogol Selatan.