Dengan demikian, kemacetan akibat antrean bus di SPBG Mampang bisa berkurang. Akan tetapi, karena SPBG Pemuda memiliki jarak yang lebih jauh, sopir bus harus pintar-pintar mengatur waktu untuk mengisi bahan bakar.
Sebab, kalau tidak, bus mereka bisa-bisa berhenti di tengah jalan akibat kehabisan bahan bakar. "Berarti sopir harus pintar menghitung juga, kapan dia harus isi bahan bakar nih di Pemuda," ujar Kosasih.
Menambah bus di halte ujung
Selain memindahkan tempat pengisian bahan bakar, PT Transjakarta juga membuat strategi dengan menambah bus-bus bantuan di halte ujung.
Kosasi mengatakan pada jam-jam sibuk seperti pagi dan sore hari, bus akan stand by di halte ujung.
"Kalau sore hari seperti ini, bus tambahan stand by di Dukuh Atas 2, karena yang ramai itu kalau sore di Dukuh Atas 2 arah Ragunan. Kalau pagi, bus stand by di halte ujung satunya yaitu Ragunan. Karena ramainya dari sana," ujar Kosasih.
Dengan melakukan dua strategi tersebut, ternyata kemacetan akibat bus yang jarang dan penumpukan penumpang di halte bisa teratasi.
Kosasih mengatakan jajarannya akan melakukan strategi ini untuk seterusnya. "Faktor yang bikin macet di sini itu adalah jalan yang engga steril dan pembangunan flyover. Bukan kita buang badan, tetapi itu bukan salah transjakarta. Macet karena isi BBG, itu baru tanggung jawab PT Transjakarta," ujar Kosasih.
"Tetapi saya kurangi satu faktor yang disebut tadi yaitu isi BBG di Mampang. Kemudian saya tambahin satu faktor pembantu yaitu tambah bus di halte-halte ujung," kata Kosasih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.