Jika kawasan hilir di Kampung Pulo sudah siap pun, menurut Iskandar, itu juga tak berarti alur Kali Ciliwung di Kebon Baru dapat langsung dipotong. Hambatan besar masih dihadapi karena ada lebih dari 4.000 keluarga bermukim dalam kelokan Kali Ciliwung itu yang perlu direlokasi.
"Rencana kami, warga di dalam kelokan sungai itu dikeluarkan sementara selama dua tahun. Kemudian di tempat tinggalnya didirikan rusun sebagai tempat relokasi. Namun, itu bukan pekerjaan mudah," jelasnya.
Karena itu, menurut Iskandar, rencana pekerjaan memotong alur Kali Ciliwung diletakkan di urutan terakhir. Sementara itu, BBWSCC juga membangun pengendali banjir di kawasan hulu Ciliwung dengan membangun Waduk Ciawi dan Sukamahi.
Pulihkan lingkungan kali
Iskandar mengatakan, rencana teknis normalisasi Ciliwung ini merupakan rencana ideal untuk memulihkan kondisi lingkungan kali. Hal itu pula yang dilaksanakan di sejumlah negara maju yang telah memiliki tata kelola air yang baik saat pertama kali memulai normalisasi.
Tentang kekhawatiran penggunaan beton di dinding kali merusak lingkungan, menurut Iskandar, itu sangat bergantung pada kondisi area bantaran. Bantaran yang berada di tengah kepungan hunian, seperti Kampung Pulo, hanya dapat menggunakan beton karena di sana tak ada pepohonan yang dapat menahan dinding sungai. Lain halnya di kawasan Condet, dinding Kali Ciliwung di sana akan diperkuat secara alami oleh pepohonan.
Iskandar mengaku, dengan teknis normalisasi yang dilaksanakan sekarang, itu memang tak menjamin Jakarta benar-benar bebas dari banjir. Dalam sejarahnya pun banjir di Jakarta sudah terjadi sejak zaman penjajahan Belanda.
Buktinya pada 1922 Pemerintah Belanda dengan bantuan Profesor Herman van Breen membangun Kanal Barat untuk menyodet aliran Kali Ciliwung. Pada masa itu pun telah direncanakan pembangunan Kanal Timur yang baru terealisasi sebelum 2010.
"Setidaknya normalisasi ini mengurangi potensi banjir Jakarta," jelasnya. (FRO/DNA/MDN)
------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Senin, 21 September 2015, dengan judul "Normalisasi dari Hilir ke Hulu".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.