Namun, dalam penanganan banjir, menurut Mudjiadi, normalisasi Kali Ciliwung tetap dilaksanakan secara komprehensif. Di hulu air ditahan dengan pembuatan waduk. Di tengah dibuat normalisasi agar air dapat cepat mengalir. Di hilir dibangun tanggul laut.
Menurut Mudjiadi, tanggul laut itu untuk menampung limpahan air dari hulu. Tanggul laut itu dibutuhkan karena hingga 2050 aliran sungai di Jakarta sudah tak mampu meluncur secara gravitasi akibat parahnya penurunan muka tanah di Jakarta.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI, Jakarta dengan luas 661,52 kilometer persegi, sekitar 40 persen atau 24.000 hektar merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata di bawah permukaan air laut. Jakarta juga menjadi pertemuan 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta.
Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) selaku pelaksana normalisasi Kali Ciliwung telah memetakan area pekerjaan normalisasi menjadi empat ruas sepanjang 21,5 kilometer, dari Pintu Air Manggarai sampai jalan layang TB Simatupang. Kepala BBWSCC Teuku Iskandar menyampaikan, pembagian empat ruas itu hanya area kerja. Namun, dalam pelaksanaan normalisasi tergantung pembebasan lahan.
Cakupan normalisasi
Normalisasi itu meliputi pekerjaan memperlebar kali, memperdalam kali, dan memperkuat dindingnya dengan beton, serta menambah jalan inspeksi. Hanya di kawasan bantaran yang masih hijau, seperti di kawasan Condet, Jakarta Timur, dinding Kali Ciliwung diperkuat secara alami, atau tidak menggunakan beton.
Namun, rencana ini pun menuai kritik dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat. Ciliwung Merdeka, misalnya, menilai normalisasi Kali Ciliwung mengganggu keberlangsungan hidup masyarakat bantaran. Menurut Ketua Ciliwung Merdeka Sandyawan Sumardi, hunian di bantaran kali itu masih memungkinkan, yakni berupa rumah susun dengan sistem pasang surut.
"Ketika volume air meningkat, lantai dasar rusun dapat menjadi tempat air. Saat volume air turun, warga dapat memanfaatkan lantai dasar itu sebagai taman dan juga berkebun," jelasnya.
"Kami tetap lebih mengutamakan keselamatan warga. Tak mungkin kami membiarkan warga tinggal di daerah berisiko banjir," ujar Iskandar.
Untuk normalisasi Kali Ciliwung pun, Iskandar mengungkapkan, ada bagian Kali Ciliwung yang akan dipotong, yakni di kawasan Kebon Baru, Jakarta Selatan. Alur kali itu meliuk lebar menyerupai bokong Semar. Menurut rencana, alur tersebut akan dipotong, dari sebelumnya memiliki alur sepanjang 1.300 meter dipotong menjadi 150 meter.
Namun, pekerjaan pemotongan alur kali itu, menurut Iskandar, tidak dilaksanakan sekarang. Pemotongan tersebut berisiko tinggi karena air akan meluncur lebih cepat dan berpotensi menyebabkan banjir di hilir.
Karena itu, kapasitas air di kawasan hilir diperbesar terlebih dulu. Di ruas Kampung Pulo, Kecamatan Jatinegara, misalnya, ditingkatkan dari 200 meter kubik per detik menjadi 500 meter kubik per detik.