Sementara itu, dalam survei Litbang Kompas yang digelar 2-3 November lalu, nilai apresiasi responden terhadap kinerja Basuki di bidang manajemen transportasi di bawah nilai dukungan di bidang manajemen birokrasi.
Kualitas layanan angkutan umum menjadi pekerjaan rumah di masa mendatang.
Dari hasil jajak pendapat lewat telepon yang dilakukan Litbang Kompas terlihat enam dari 10 responden menyatakan puas terhadap pengelolaan angkutan umum.
Penilaian positif ini ternyata lebih banyak bersumber pada layanan bus transjakarta.
Bus transjakarta memang belum terlepas dari kendala waktu tunggu yang lama, kualitas fisik bus dan sarana penunjangnya yang kurang, serta jalur yang belum steril.
Namun, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama setahun ini berupaya memperbaiki berbagai kelemahan tersebut.
Penambahan bus transjakarta menjadi 509 unit secara bertahap, selama Oktober-Desember 2015, menjadi salah satu upaya untuk memperpendek jarak kedatangan bus.
Pengoperasian 88 bus transjabodetabek tiga bulan lalu juga dinilai makin memudahkan masyarakat di pinggiran Jakarta untuk menggunakan layanan transjakarta.
Razia uji kelayakan bus transjakarta juga dilakukan sebagai respons sejumlah keluhan masyarakat terhadap ketidaklayakan moda tersebut.
Jauh dari harapan
Di sisi lain, layanan angkutan umum "tradisional", seperti mikrolet, metro mini, dan kopaja, masih jauh dari harapan warga.
Berbagai angkutan umum tersebut masih belum bisa mewujudkan angkutan yang nyaman dan aman bagi warga.
Angkutan tanpa kartu uji berkala pun masih saja muncul di jalanan. Belum lagi perilaku sopir yang ugal-ugalan beberapa kali mengakibatkan kecelakaan lalu lintas yang bisa berakibat fatal.
Dalam beberapa kasus, terjadi kasus pemerkosaan terhadap penumpang oleh awak angkutan umum.
Survei Litbang Kompas menunjukkan, tingkat kepuasan responden terhadap mikrolet hanya 29,7 persen, sementara untuk metro mini dan kopaja hanya 18,9 persen responden yang menyatakan puas.