Air dari tengah rel yang tergenang, lanjutnya, kemudian keluar melalui kerikil yang ada di bawah bantalan rel. Menurut Jaung, genangan air juga menggerus kerikil yang menjadi alas bantalan rel.
"Kemarin saya dan warga mesti keluar terus nahan (kasih isyarat) kereta biar jalannya pelan. Soalnya sudah parah," ujarnya.
Ia mengatakan, kemudian datang seorang petugas PJKA ke lokasi itu. Selasa malam sekitar pukul 23.00, lanjut Jaung, puluhan petugas PJKA mulai datang dan melakukan perbaikan rel di titik tadi.
"Mereka kerja sampai pukul 03.00 pagi. Ada juga yang sampai tidur depan teras rumah saya sini, saya bikinin kopi. Katanya sambil nunggu barang buat benerin rel," kata Jaung.
Di titik rawan ambles di depan dekat rumah Jaung memang kondisinya terdapat cekungan yang cukup dalam. Yang paling dalam sekitar 10 meter.
Di cekungan itu, ada yang sudah diturap. Itu pun karena untuk jalur saluran air. Namun, turap saluran air yang sekaligus menahan tanah rel juga sudah ada yang roboh.
Pekerja juga terlihat sedang menangani turap yang roboh itu. "Roboh sekitar setahun lebih kemarin," ujar Jaung.
Hingga siang ini, hampir 30 pekerja dari pihak PJKA tampak tengah memperbaiki lokasi rawan ambles itu. Para pekerja terlihat dengan alat semacam katrol atau hidrolik memperbaiki kondisi rel.
Ada pula yang menarik kembali kerikil yang tergerus ke bawah bantalan rel lagi. Sebagian lainnya ada yang mengisi karung dengan tanah untuk jadi turap untuk memperkuat fondasi samping rel. Kereta yang melintas tampak mesti memperlambat kecepatan di titik ini.
Sementara itu, seorang pegawai bernama Supriyadi yang mengenakan baju PT KAI menolak menjelaskan kegiatan di lokasi tersebut.
"Saya enggak ngerti Mas, nanti saya salah jawab," ujar Supriyadi.
Namun, ia mengonfirmasi bahwa longsor yang terjadi tidak separah seperti gambar longsor yang beredar di media sosial.
"Bukan Mas, itu mah yang di Cilebut dulu," ujarnya setelah melihat foto yang beredar di media sosial.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.