Jangankan nyawa para penumpang, nyawa sopir bus itu sendiri pun disepelekan. Bus tetap melaju melintas rel meski palang sudah tertutup.
Suami saya masih hidup, kan, Bu?" tanya Eka di ujung telepon. Sesaat, Junith terdiam. Dia lantas menyampaikan kabar duka itu.
Sudikman (21), suami Eka, merupakan salah satu korban meninggal dalam kecelakaan maut di pelintasan kereta.
Telepon genggam itu sesaat tidak menyampaikan lagi suara. Selanjutnya, keluarga Sudikman yang meneruskan pembicaraan perihal bagaimana jenazah akan dibawa dari kamar jenazah RSUP Cipto Mangunkusumo ke rumah duka di Cianjur, Jawa Barat.
Junith adalah majikan tempat Suminar (16) bekerja. Suminar adalah adik kandung Sudikman. Kakak-beradik itu hanya berdua di Jakarta untuk mengadu nasib mereka.
Berbeda dengan Suminar, Sudikman sudah bertahun-tahun bekerja di tempat konfeksi di kawasan Kalideres.
"Saya terakhir bertemu Sudikman waktu Lebaran Idul Fitri kemarin, di Cianjur. Setelah itu, kami tidak pernah bertemu lagi karena tempat kerja beda dan berjauhan," kata Suminar yang tinggal di Menteng Atas, Jakarta Pusat.
Saat kejadian, Sudikman menumpang Metromini 80 dari rumah kawannya ke tempat kerjanya. Semalam sebelumnya, Sudikman bermalam di rumah kawan-kawannya untuk mengisi waktu liburnya.
Pada hari kerja, Sudikman tinggal di tempat konfeksi tempat kerjanya. Adapun Eka tinggal di rumah keluarga Sudikman di Cianjur, setelah mereka menikah 3 bulan silam.
Apa daya. Nyawa Sudikman turut melayang dalam kecelakaan di pelintasan kereta itu. Bersama 23 orang lain di bus tersebut, Sudikman tercatat sebagai salah satu korban meninggal.