Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"KJP Bu, KJP-nya... Ayo KJP-nya Dicairin"

Kompas.com - 16/12/2015, 04:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Penyalahgunaan dana bantuan pendidikan melalui program Kartu Jakarta Pintar kembali terjadi.

Kali ini dana dicairkan di luar gerai yang diizinkan oleh makelar yang meminta imbal jasa. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengancam melaporkannya ke polisi.

Kamis pekan lalu, Yusri Isnaini (32), orangtua siswa penerima dana Kartu Jakarta Pintar (KJP) warga Lagoa, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, melaporkan praktik itu ke Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Menurut dia, ada sejumlah orang di Pasar Koja yang menawarkan jasa pencairan melalui mesin pembayaran elektronik (electronic data capture/EDC) dengan meminta imbalan.

Laporan itu benar adanya. Pada Senin (14/12) siang, dua orang berdiri di dekat tangga lantai satu, di bagian tengah Pasar Koja. Salah seorang dari mereka menggunakan topi dan kaus berwarna kuning dan hijau.

Kaus ini juga dipakai sejumlah orang yang terlihat membersihkan pasar. Di dekat mereka, dua petugas pengamanan pasar berjaga.

Saat pengunjung yang sebagian besar ibu-ibu melintas, mereka langsung beraksi. "KJP Bu, KJP-nya. Ayo KJP-nya dicairin," ujar salah seorang dari mereka.

Hal itu mereka lakukan terutama saat melihat ada pengunjung yang membawa anak-anak.

Salah satu laporan yang masuk ke DKI menyebutkan, modus pencairan KJP seperti itu dilakukan beberapa orang.

Mereka menawarkan jasa pencairan dengan meminta imbalan 10 persen dari total dana yang dicairkan pemegang kartu. Dengan EDC sendiri atau milik salah satu toko, mereka mendebit dana KJP, lalu menyerahkan uang tunai.

Yusri menyatakan, mesin pembayaran milik toko seragam sering kali terganggu sehingga transaksi gagal.

Dalam situasi itu, dia memilih memanfaatkan jasa orang lain untuk mencairkan dana, lalu membelanjakannya di toko perlengkapan sekolah.

"Waktu itu saya ingin beli seragam buat anak. Saat datang ke Toko Harapan di Pasar Koja, mesinnya selalu rusak, sampai empat kali saya datang. Pas keempat kali, saya sudah sebel, eh ada yang menawarkan ambil tunai, ya saya ikutin," ucap ibu dua anak ini.

Dari Rp 330.000 dana yang didebit dari rekening KJP anaknya, Yusri hanya menerima Rp 300.000. "Dia (makelar) minta Rp 30.000," ujarnya.

Menurut Didin, penjaga Toko Harapan, mesin EDC di tokonya memang beberapa kali mengalami gangguan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com