Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"KJP Bu, KJP-nya... Ayo KJP-nya Dicairin"

Kompas.com - 16/12/2015, 04:10 WIB

"Minggu lalu kami panggil teknisi untuk perbaikan. Kami tidak pernah mengambil atau meminta potongan dari pemilik KJP," ucapnya.

Lapor polisi

Penarikan tunai di luar toko yang diizinkan dinilai menjadi modus penyimpangan dana KJP. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota Jakarta mengancam melaporkan penerima bantuan dan atau pemilik EDC yang berkonspirasi menyelewengkan dana KJP.

Sejak tahun ini, dana bantuan tidak bisa ditarik tunai dan hanya bisa digunakan untuk membeli perlengkapan serta membayar kebutuhan pendidikan.

Menurut Basuki, ada sejumlah laporan dengan modus mencairkan dana di luar peruntukan.

"Jadi ada toko-toko yang jualan duit yang tentu lebih menguntungkan dibanding jualan barang. Jualan barang belum tentu dapat 10 persen, jualan duit dapat 10 persen. Nah, ini kejahatan. Kami akan lapor," ujarnya.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Arie Budiman menambahkan, laporan mesin EDC offline kadang dipakai untuk menutupi modus pencairan tunai KJP. Alasan offline lalu menarik tunai di toko lain yang tidak sesuai tidak dibenarkan dan melanggar aturan.

Pada Agustus 2015, Bank DKI melaporkan dugaan penyimpangan dana KJP. Sejumlah penerima KJP diketahui menggunakan kartu untuk transaksi belanja keperluan nonpendidikan, seperti karaoke, membeli emas, barang elektronik, dan bahan bakar minyak. Namun, selain kesengajaan pemegang KJP, praktik itu dilakukan karena sosialisasi kurang.

Terhitung mulai tahun ini, Pemprov DKI membatasi pencairan tunai dana KJP untuk mencegah penyalahgunaan. Kebijakan ini ditempuh setelah ditemukan pemakaian di luar keperluan pendidikan, seperti untuk belanja keperluan keluarga, pada tahun lalu.

Transfer oleh Bank DKI pun ditempuh secara bertahap untuk mengurangi risiko penyelewengan. Pencairan dana untuk kebutuhan rutin seperti transportasi dan ekstrakurikuler dibatasi maksimal Rp 100.000 per bulan untuk tingkat SD, Rp 150.000 per bulan untuk tingkat SMP, dan Rp 200.000 per bulan untuk tingkat SMA. (MKN/JAL)

Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Desember 2015, di halaman 28 dengan judul "Makelar KJP Beraksi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com