Keluhan tersebut bervariasi, mulai dari kebersihan toilet, pelayanan yang kurang baik, dan kualitas serta jumlah kursi yang tersedia di seluruh area bandara.
"Setidaknya ada sepuluh kasus yang sering dikeluhkan. Ada soal taksi gelap, kapasitas parkir, troli yang kurang, soal penumpang yang masih merokok di area terlarang, calo tiket, petugas kurang responsif, kebersihan toilet, porter yang tidak bertanggung jawab, kursi yang masih kurang, sama barang penumpang yang hilang atau rusak di bagasi," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi, Jumat (8/1/2016).
Budi menjelaskan, sepuluh keluhan itu didapat dari hasil survei YLKI yang dilakukan pada pertengahan tahun 2015 lalu.
Terhadap hasil survei tersebut, pihak bandara sudah melakukan beberapa pembenahan yang hasilnya bisa dirasakan sampai sekarang.
Sopir taksi gelap yang telah dibina oleh Induk Koperasi Angkatan Udara (Inkopau) dan penambahan 1.000 troli baru.
Beberapa hal lainnya, kata Budi, masih dalam upaya perbaikan lebih lanjut, seperti soal porter dan barang penumpang di bagasi pesawat.
Pada pertengahan tahun ini, di Bandara Soekarno-Hatta, akan dibuat mekanisme Baggage Handling System (BHS) yang dapat meminimalkan kecurangan dan pencurian dari porter yang mengurus koper dan barang penumpang.
Penerapan BHS diyakini dapat mengurangi tindak kriminal dari para porter. Sebab, semua sistem bongkar-muat barang dari dan ke bagasi pesawat dilakukan secara otomatis dengan mesin.
Rencananya, BHS akan diterapkan di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta. BHS akan diterapkan juga di Terminal 1 dan 2 secara bertahap.