Ika bercerita pada tahun 2013, keluarganya yang bergabung dengan Gafatar mulai diminta berpindah-pindah menjadi pengurus Gafatar di sejumlah lokasi.
Awalnya, keluarganya diminta pindah ke kantor Gafatar DPC II, Jalan Swadaya, Rawabebek, Jakarta Timur.
Keluarga Ika diminta untuk mengurus kantor DPC yang berstatus sewa tersebut. Rumah yang di Bekasi pun ditinggal begitu saja.
Beberapa bulan setelahnya, keluarganya kembali diminta pindah ke Bengkulu untuk mengurus kantor DPC di sana.
"Sempatlah Mbak memohon untuk tidak pergi ke Bengkulu mengikuti Gafatar dan kembali pada jalan Allah. Suasananya haru sekali dari saat mereka packing sampai setelah mereka pergi dengan taksi menuju perkumpulannya," ujar Ika.
Ika mengatakan, komunikasi dengan keluarganya masih lancar ketika mereka berada di Bengkulu. Komunikasi menjadi tersendat setelah keluarganya dipindahkan ke Papua.
Ika menduga hal ini karena mereka telah menjual semua handphone mereka. Ika mengatakan, keluarganya sama sekali tidak mau memberi tahu alamat lengkap mereka di Papua.
Ika jadi semakin kesulitan dalam melacak orangtua dan adiknya. Kini, Ika berencana untuk melaporkan kejadian ini ke Polrestabes Bandung. Ika mengaku sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menemukan orangtua dan adik-adiknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.