Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merangkai Hidup Setelah Bom Thamrin...

Kompas.com - 21/01/2016, 06:44 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gurat ketakutan tak lagi terpancar dari dua korban bom di kawasan Jalan MH Thamrin, Aldi Tardiansyah (17) dan Aiptu Suhadi.

Mereka menjadi saksi hidup dari peristiwa pada Kamis kelabu itu.

Aldi, petugas satpam di Starbucks Coffee, yang berlokasi di Gedung Cakrawala, masih trauma. Saat peristiwa terjadi, Aldi hampir dipeluk oleh pelaku bom bunuh diri. Namun, ia berhasil melepaskan diri.
 
Kini, ia berjuang untuk tetap menjaga semangatnya, kembali bangkit dan beraktivitas seperti biasa. Aldi mencari kesibukan agar traumanya tidak berkepanjangan, dan ia dapat kembali bekerja.

"Saya mau segera sehat untuk kerja lagi," kata Aldi saat ditemui di rumahnya, Cilebut, Bogor, Jawa Barat, Rabu (20/1/2016).

Aldi baru bekerja selama dua pekan. Sepulang bekerja dari kawasan Menteng, ia selalu pulang ke rumah neneknya di Cilebut.

Kedua orangtuanya telah meninggal sejak Aldi masih kecil. Sejak itu, ia tinggal dengan neneknya, dan menghidupi adiknya yang masih bersekolah.

Peran Aldi sangat berarti karena ia merupakan tulang punggung keluarganya.

"Aldi ini tulang punggung keluarga," kata Atik (55), nenek Aldi.

Risiko pekerjaan

Tak berbeda dengan Aldi, Aiptu Suhadi menjaga semangatnya untuk merangkai kehidupan pasca-ledakan bom Thamrin.

Suhadi menjadi korban penembakan oleh pelaku teror. Saat itu, ia tengah bertugas sebagai polisi lalu lintas.

"Perasaan biasa saja. Saya sebagai simbol negara. Di negara mana pun, targetnya pasti simbol negara," tutur Suhadi.

Ia akan tetap menjalani profesi sebagai polisi dengan segala risikonya.

"Saya senang dari situ (polisi), makan dari situ (polisi)," kata Suhadi.

Kendati demikian, Sri, istri Suhadi, meminta agar penjagaan terhadap anggota polisi seperti suaminya lebih ditingkatkan. Ia ingin tenang saat melepas suaminya bekerja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Megapolitan
PPDB 'Online' Diklaim Efektif Cegah Adanya 'Siswa Titipan'

PPDB "Online" Diklaim Efektif Cegah Adanya "Siswa Titipan"

Megapolitan
Putusan Bawaslu: Dharma Pongrekun-Kun Wardana Boleh Perbaiki Berkas Pencalonan Pilkada Jakarta

Putusan Bawaslu: Dharma Pongrekun-Kun Wardana Boleh Perbaiki Berkas Pencalonan Pilkada Jakarta

Megapolitan
Polisi Identifikasi Provokator Pembakar Panggung Konser Lentera Festival Tangerang

Polisi Identifikasi Provokator Pembakar Panggung Konser Lentera Festival Tangerang

Megapolitan
Kapolres Depok Bakal Razia Ponsel Anggotanya demi Cegah Judi Online

Kapolres Depok Bakal Razia Ponsel Anggotanya demi Cegah Judi Online

Megapolitan
Warga Melawai Keluhkan Kegaduhan Aktivitas Restoran dan Parkir Liar di Sekitar Permukiman

Warga Melawai Keluhkan Kegaduhan Aktivitas Restoran dan Parkir Liar di Sekitar Permukiman

Megapolitan
Tak Perlu Lagi ke Sumur Tua, Warga Desa Lermatang Akhirnya Bisa Merasakan Air Bersih Bantuan Kemensos

Tak Perlu Lagi ke Sumur Tua, Warga Desa Lermatang Akhirnya Bisa Merasakan Air Bersih Bantuan Kemensos

Megapolitan
Aksi Teatrikal Demo Tolak Tapera Aliansi BEM Bogor, Tampilkan Karikatur Jokowi dan Tabur Bunga

Aksi Teatrikal Demo Tolak Tapera Aliansi BEM Bogor, Tampilkan Karikatur Jokowi dan Tabur Bunga

Megapolitan
Aksi Dina Ukur Jarak Rumah ke SMA Depok Pakai Meteran, Terpaut 120 Meter tapi Anaknya Tak Lolos PPDB

Aksi Dina Ukur Jarak Rumah ke SMA Depok Pakai Meteran, Terpaut 120 Meter tapi Anaknya Tak Lolos PPDB

Megapolitan
PPDB Jalur Zonasi, Ketua Posko Wilayah 2 Jaksel: Calon Siswa Minimal Harus Tinggal 1 Tahun

PPDB Jalur Zonasi, Ketua Posko Wilayah 2 Jaksel: Calon Siswa Minimal Harus Tinggal 1 Tahun

Megapolitan
Nakes RSUD Koja Demo karena Gaji ke-13 Dipotong

Nakes RSUD Koja Demo karena Gaji ke-13 Dipotong

Megapolitan
Siasat Preman yang Getok Tarif Parkir ke Bus Wisata: Buntuti dan Adang Bus, lalu Larang Parkir di Stasiun Gambir

Siasat Preman yang Getok Tarif Parkir ke Bus Wisata: Buntuti dan Adang Bus, lalu Larang Parkir di Stasiun Gambir

Megapolitan
Peringati Hari UMKM Internasional, Fahira Idris: Mulailah Jadi Creativepreneur

Peringati Hari UMKM Internasional, Fahira Idris: Mulailah Jadi Creativepreneur

Megapolitan
Warga Minta Heru Budi Cek Langsung ke Rusunawa Marunda yang Asetnya Dijarah Maling

Warga Minta Heru Budi Cek Langsung ke Rusunawa Marunda yang Asetnya Dijarah Maling

Megapolitan
Ketua Posko PPDB Wilayah 2 Jaksel: Kuota Diatur Kemendikbud, tapi Bisa Ditambah lewat Pergub

Ketua Posko PPDB Wilayah 2 Jaksel: Kuota Diatur Kemendikbud, tapi Bisa Ditambah lewat Pergub

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com