Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kerinduan Seorang Pekerja Malam

Kompas.com - 26/02/2016, 05:11 WIB
Dian Ardiahanni

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pagi ini, langit Jakarta diselimuti oleh awan mendung. Hujan rintik-rintik pun turun membasahi pepohonan di depan asrama di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya. Kondisi alam ini seakan selaras dengan perasaan hati SR (35), seorang pekerja malam yang menjadi penghuni panti.

Memang, saat terbangun dari tidurnya, wanita ini langsung teringat akan kedua anaknya. Rasa rindu yang membuncah dalam hatinya pun terpaksa harus dipendamnya.

Sekitar empat bulan belakangan ini, ia tak lagi bisa menatap wajah dan memperhatikan tumbuh kembang sang anak. Dia hanya bisa berkomunikasi lewat telepon sambil membayangkan raut wajah mereka.

SR yang kini tak lagi memiliki suami, harus berjuang seorang diri demi menghidupi buah hatinya yang masih di bangku TK dan SD. Sebagai anak pertama, dia pun harus mencari nafkah untuk ibu dan bapaknya di kampung.

"Terkadang kalau siangnya telepon sama anak dan keluarga, rasanya ingin jerit, ingin keluar tapi enggak ada jalan," kata SR kepada Kompas.com di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya, Jakarta Timur, Kamis (25/2/2016).

SR merantau dari Banjarnegara ke Bekasi pada tiga tahun lalu. Mulanya ia berprofesi sebagai pegawai di salah satu supermarket di Bekasi. Namun, karena pasar swalayan itu mengalami kebangkrutan, lantas SR pun terpaksa harus kehilangan pekerjaannya. Saat itu, ia tidak tahu harus melamar pekerjaan kemana.

"Bingung juga mau ngelamar kerja kemana. Apalagi mau jadi tukang cuci gosok dirumah orang, kalau enggak kenal-kenal banget mereka kan enggak mau," tuturnya.

Hingga satu ketika, sambungnya, SR ditawari oleh temannya untuk bekerja sebagai pelayan di tempat hiburan malam. Sang kawan berujar, dirinya hanya perlu menuangkan minuman ke gelas-gelas milik tamu.

Ingatannya akan orang tua dan kedua anaknya membuat SR tak pikir panjang. Ia langsung menerima ajakan tersebut. Tiap harinya, ia berangkat ke kafe dengan menumpang angkutan umum pukul 18.30 WIB dan harus bekerja sampai pukul 03.00 WIB.

Penuturannya, saat bekerja penampilannya tak seronok. Ia mengenakan kaus berlengan pendek, rok selutut dan sepatu wedges.

"Susah juga pakai sepatu wedges gitu. Saya kan enggak biasa," ucapnya.

SR berujar, penghasilannya saat bekerja sebagai pelayan di kafe dan supermarket tak jauh berbeda. Hanya saja, uang tips yang didapatnya sering kali mencapai jumlah ratusan ribu.

Ia menuturkan, pernah dalam semalam mendapat uang tips sebanyak Rp 500.000 dari pelanggannya. Tapi, pernah pula, ia hanya mengantongi uang tips sebanyak Rp 50.000.

Razia

Sampai pada suatu malam, sekitar pukul 00.00 WIB, para petugas Satpol PP datang dan mengadang para pekerja malam dari berbagai sisi kafe. Suasana hati SR kala itu tercampur aduk. Ia bingung harus lari ke mana dan takut jika kabar penangkapan ini sampai ke telinga kedua orang tuanya.

"Saya waktu itu lari ke belakang, mau ngumpet. Tapi ternyata enggak bisa juga karena petugas udah nungguin di pintu," ujar dia.

SR bersama beberapa orang lainnya yang terjaring dalam razia pun harus rela menerima keadaan. Kini, mereka ditaruh di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya.

Awalnya, SR menangis seharian dan sempat mogok makan. Sempat pula, ia dan teman-temannya mencoba untuk kabur. Namun, beling-beling dan duri yang tertancap di atas tembok pembatas panti, membuatnya mengurungkan niat tersebut.

"Ya, akhirnya saya cuma bisa nerima dan mungkin ini memang jalannya. Saya cuma bisa ambil hikmahnya," ungkapnya. (Baca: Membuka Buku Harian yang Berisi Curahan Hati PSK Kalijodo)

Kehidupan baru

Peristiwa ini lantas membuat SR kapok dan enggan terciduk oleh aparat pemerintah untuk kesekian kalinya. Ia berharap, berbagai pelajaran seperti bimbingan mental, fisik hingga keterampilan olahan pangan yang didapatkannya bisa menjadi bekalnya untuk menata hidup baru.

"Mudah-mudahan, sepulang dari sini kan sudah punya bekal juga, saya mau coba buka usaha kecil-kecilan kaya warteg gitu," ujar dia.

SR menambahkan, seusai menjalani kehidupannya di panti, terlebih dulu, ia akan kembali ke kampung halamannya. Dia ingin melepas rindu pada orang tua dan kedua buah hatinya. (Baca: Mempersiapkan Kehidupan Baru untuk Para Mantan "Kupu-kupu Malam")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bareng Gibran, Heru Budi Pantau Pengerukan Lumpur di Kali Semongol Jakbar

Bareng Gibran, Heru Budi Pantau Pengerukan Lumpur di Kali Semongol Jakbar

Megapolitan
Bantah Lakukan Pungli di Samping RPTRA Kalijodo, Perwakilan Ormas Sebut Itu Parkir Resmi

Bantah Lakukan Pungli di Samping RPTRA Kalijodo, Perwakilan Ormas Sebut Itu Parkir Resmi

Megapolitan
Kondisi Tugu Selamat Datang Depok yang Kini Gelap Gulita dan Dicoret-coret

Kondisi Tugu Selamat Datang Depok yang Kini Gelap Gulita dan Dicoret-coret

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 28 Juni 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 28 Juni 2024

Megapolitan
Iklan Skincare 'Cerah' Terkait Pilkada Jabar, Bima Arya: Kampanye Harus Beda dan Unik

Iklan Skincare "Cerah" Terkait Pilkada Jabar, Bima Arya: Kampanye Harus Beda dan Unik

Megapolitan
Pasang Billboard Skincare 'Cerah' di Bogor, Bima Arya Akui Terkait Pilkada Jabar

Pasang Billboard Skincare "Cerah" di Bogor, Bima Arya Akui Terkait Pilkada Jabar

Megapolitan
Dijanjikan Komisi dari 'Like' dan 'Subscribe' Youtube, Korban Ditipu Rp 800 Juta

Dijanjikan Komisi dari "Like" dan "Subscribe" Youtube, Korban Ditipu Rp 800 Juta

Megapolitan
Dua Penipu Modus 'Like' dan 'Subscribe Youtube Ditangkap, Dikendalikan WNI di Kamboja

Dua Penipu Modus "Like" dan "Subscribe Youtube Ditangkap, Dikendalikan WNI di Kamboja

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kehadiran Marshel di Pilkada Tangsel Dianggap Muluskan Kemenangan Benyamin Pilar | Akhir Pelarian Ketua Panitia Konser Lentera Festival

[POPULER JABODETABEK] Kehadiran Marshel di Pilkada Tangsel Dianggap Muluskan Kemenangan Benyamin Pilar | Akhir Pelarian Ketua Panitia Konser Lentera Festival

Megapolitan
WNI di Kamboja Jadi Dalang Penipuan 'Like' dan 'Subscribe' Youtube di Indonesia

WNI di Kamboja Jadi Dalang Penipuan "Like" dan "Subscribe" Youtube di Indonesia

Megapolitan
Penolakan Tapera Terus Menggema, Buruh dan Mahasiswa Kompak Gelar Unjuk Rasa

Penolakan Tapera Terus Menggema, Buruh dan Mahasiswa Kompak Gelar Unjuk Rasa

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 28 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 28 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rombongan Tiga Mobil Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok, Ini Alasannya

Rombongan Tiga Mobil Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok, Ini Alasannya

Megapolitan
Pemkot Jaksel Diminta Tindak Tegas Dua Restoran di Melawai yang Dianggap Sebabkan Kegaduhan

Pemkot Jaksel Diminta Tindak Tegas Dua Restoran di Melawai yang Dianggap Sebabkan Kegaduhan

Megapolitan
Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com