Pelacuran tumbuh subur di Batavia Lama, antara lain, karena kurangnya jumlah perempuan Eropa yang boleh dikawini laki-laki Belanda.
Apakah itu para pegawai dan serdadu VOC maupun mereka yang berasal dari golongan burgher, yakni pegawai VOC yang sudah keluar dari perusahaan dagang dan menjadi pengusaha mandiri.
Minta kiriman
Untuk mengatasi krisis perempuan di kota yang baru ia dirikan pada 1619, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen (JP Coen) sempat meminta para petinggi VOC di Belanda untuk mengirimkan ke Batavia ratusan anak perempuan berumur 10-12 tahun.
Rencananya yang akan diambil adalah gadis-gadis yang berasal dari berbagai rumah yatim piatu di Belanda.
Mereka akan dititipkan pada keluarga-keluarga dan dididik di sekolah-sekolah yang dibiayai kompeni, sebelum dikawinkan saat mereka sudah mencapai usia akil balig.
JP Coen berpendapat, ketersediaan perempuan merupakan prasyarat yang harus dipenuhi VOC jika ingin sukses berdagang di Hindia Timur.
"Jika perempuan tersedia, pasar-pasar perdagangan Hindia akan menjadi milik Anda," demikian tulis Coen dalam suratnya kepada Heeren XVII (Tuan Tujuh Belas), dewan komisaris VOC.
Sayang, usul pengiriman para calon istri dari Eropa untuk ikut mengisi koloni Belanda di Batavia tak disetujui. Mungkin karena ongkosnya terlalu mahal.
Masalah susila lain yang dihadapi JP Coen adalah pergundikan, yang juga marak di Batavia. Hampir semua pejabat VOC bawahannya punya gundik yang disebut nyai.
Awalnya, yang favorit dijadikan gundik adalah perempuan blasteran Portugis-Asia, yang sebagian didatangkan dari Malaka, setelah pelabuhan di Semenanjung Melayu direbut VOC dari tangan Portugis, pertengahan abad ke-17.
Poligami pun jadi hal yang lumrah. Banyak laki-laki Eropa punya dua atau tiga perempuan simpanan.
Pergundikan kian marak karena praktik kumpul kebo dilakukan pula oleh para pedagang China, yang juga datang ke Batavia sendirian dari negeri asalnya.
JP Coen, yang beristrikan Eva Ment, perempuan muda Belanda yang disebut-sebut sebagai perempuan dengan perangai tak tercela, menyatakan bahwa pergundikan harus diberantas.
Menurut JP Coen, pergundikan mengakibatkan keguguran kandungan, pembunuhan bayi, dan terkadang peracunan suami oleh gundik yang cemburu.