Tiga ruas jalan itu menjadi akses utama warga dari arah timur menuju pusat kota.
Kerusakan di Jalan DI Panjaitan terlihat sepanjang 1 kilometer, mulai dari perempatan Jalan Kalimalang hingga perempatan ke Jalan MT Haryono.
Ruas jalan itu mengelupas lapisan aspalnya sehingga pasir dan batu memenuhi permukaan jalan.
Juni (32), seorang pengendara sepeda motor, mengaku harus hati-hati setiap kali melintasi Jalan DI Panjaitan karena rawan tergelincir.
"Permukaan jalan tertutup pasir dan batu kerikil, sementara kondisi jalan juga rusak. Jika tidak hati-hati, motor saya bisa tergelincir," tuturnya.
Kondisi serupa ditemukan di Jalan Basuki Rahmat, tepatnya di depan area Apartemen Bassura. Aspal di jalan itu mengelupas.
Sementara di Jalan Raya Otista, kerusakan didominasi jalan berlubang selebar 30-50 cm dengan kedalaman lebih dari 10 cm.
Para pengguna mobil dan sepeda motor berusaha menghindari lubang-lubang itu sehingga rawan kecelakaan.
Hingga saat ini belum terlihat tanda-tanda perbaikan pada ruas-ruas jalan yang rusak. Juga tidak ada rambu peringatan di sekitarnya.
Belum ideal
Anggaran pemeliharaan jalan DKI Jakarta tahun ini, yakni sekitar Rp 800 miliar, dinilai belum ideal untuk mengimbangi kerusakan.
Selain beban kendaraan, genangan air dan tambal sulam jaringan utilitas mempercepat kerusakan jalan.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Yusmada Faizal, di Balai Kota Jakarta, Rabu, menyebutkan, luas badan jalan yang harus dipelihara di Jakarta tahun ini sekitar 50 juta meter persegi.
Jumlah itu naik dibandingkan dengan jumlah sebelumnya, yakni 41 juta meter persegi, karena ada pelimpahan kewenangan sebagian jalan nasional.
Anggaran Rp 800 miliar baru menutup sekitar 15 persen kebutuhan pemeliharaan.