Media-media dunia juga mewartakan unjuk rasa itu, termasuk benturan saat unjuk rasa pada Selasa (22/3/2016) ini.
Media daring BBC News misalnya memberitakan ribuan pengemudi taksi membuat lalu lintas di Jakarta macet saat memprotes kehadiran angkutan berbasis aplikasi.
Para pengemudi, menurut BBC News, mengaku mengalami penurunan pendapatan menghadapi Uber dan Grab.
"Mereka (angkutan berbasis aplikasi) menghancurkan kami," ujar Salahuddin, seorang pengemudi taksi, Selasa, kepada BBC News. "Kami bayar pajak, sedangkan mereka (Uber) tidak."
Namun, BBC News juga mengutip warga bernama Hans, yang menjadi saksi para pengemudi taksi yang memblokade jalur bus transjakarta.
"Para sopir taksi juga sempat menghancurkan spion dari sebuah taksi yang tetap mengangkut penumpang," ujarnya.
Jakarta taxi drivers stage apps protest https://t.co/n2lCTtTbcJ
— BBC Business (@BBCBusiness) March 22, 2016
Traffic chaos and violence as thousands of taxi drivers protest against Uber in Jakarta https://t.co/dhuJFETTHC
— Guardian US (@GuardianUS) March 22, 2016
"Unjuk rasa itu begitu buruk. Mereka (sopir taksi) sangat kasar," ujar Dewi Gayatri kepada AP. Dewi pada Selasa pagi tadi ketinggalan pesawat dengan tujuan Makassar akibat demo sopir taksi.
Laman Themalaymailonline juga mewartakan bentrokan antara taksi konvensional dan pengojek yang bekerja dengan sistem aplikasi.
Laman itu juga menginformasikan jalan-jalan protokol di Jakarta yang macet total akibat ribuan taksi yang berunjuk rasa.
Themalaymailonline, yang mengutip dari Reuters, juga mengungkapkan perbedaan pendapat antara dua menteri.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan, perusahaan seperti Uber tetap ilegal kecuali terdaftar sebagai perusahaan transportasi dan mematuhi peraturan seperti operator taksi.
Namun, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, perusahaan aplikasi tetap boleh beroperasi.
"Kami menyarankan pengemudi dan penumpang kami untuk tetap berhati-hati saat melewati area di mana demonstrasi sedang terjadi," ujar Ekhel Chandra Wijaya, juru bicara Grab, dikutip dari Reuters.
Konflik Antarangkutan
Wartawan Kompas, Anita Yossihara, berada di tengah massa saat para pengemudi angkutan berbasis aplikasi, seperti Go-Jek dan Grabbike, mulai membalas dengan menghadang taksi dan angkutan kota yang melintas.
Penghadangan salah satunya terjadi di Jalan Letjen S Parman, tepatnya di depan Halte Mal Taman Anggrek, Selasa sekitar pukul 11.00.
Puluhan pengemudi ojek berbasis aplikasi menghadang taksi dan angkutan umum yang melintas.
Heri, salah seorang pengemudi ojek berbasis aplikasi, menuturkan, penghadangan dilakukan untuk balas dendam.
"Ini kami mau balas dendam. Karena kami dengar ada pengemudi ojek yang dipukuli di Sudirman (Jalan Sudirman)," katanya.
Aksi penghadangan itu berlangsung lebih kurang selama 20 menit. Para pengemudi ojek itu membubarkan diri setelah dihalau dan mendapat pengarahan dari polisi.
Namun, tidak berapa lama, kericuhan kembali terjadi. Pengemudi ojek daring kembali marah saat melihat tiga taksi melintas dari arah Grogol menuju Tomang.
Bahkan, beberapa pengemudi ojek daring yang berada di jembatan penyeberangan langsung melempari taksi dengan batu dan batako.
Ketiga pengemudi taksi itu pun menghentikan kendaraan di tengah jalan dan bersiap-bersiap melawan pengemudi ojek daring.
Kericuhan mengakibatkan pengelola bus transjakarta memutuskan untuk menutup sementara Halte Podomoro S Parman.
Para calon penumpang pun kebingungan karena tidak ada angkutan umum yang melintas.
(HARYO DAMARDONO/ANITA YOSSIHARA)
----
Artikel ini sebelumnya ditayangkan dalam Kompas Siang, edisi Selasa 22 Maret 2016, dengan judul "Media Dunia Wartakan Benturan Saat Unjukrasa Taksi di Jakarta."