Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lulung Bingung Kenapa Sanusi Mencari Uang Melalui Suap

Kompas.com - 06/04/2016, 06:58 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPRD DKI Abraham "Lulung" Lunggana mengatakan, sejak awal, dia sudah menolak Raperda Rencana Zonasi dan Tata Ruang. Namun, anggota Dewan lain yang tergabung dalam Badan Legislasi Daerah melanjutkannya.

Kelanjutan itu dilakukan sampai salah satu anggotanya, Mohamad Sanusi, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena dugaan kasus suap. Beberapa saat setelah kejadian penangkapan Sanusi, dia langsung bertanya kepada kakak kandung Sanusi yang tidak lain adalah Wakil Ketua DPRD DKI Mohamad Taufik.

"Saya tidak mau suuzan. Saya mau clear. Saya tanya sama Taufik kemarin, saya kumpul sama teman-teman kemarin, saya tanya sama Pak Pras juga. Ini DPRD apa oknum?" ujar Lulung di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Selasa (5/4/2016).

Lulung mengatakan, apa yang diperbuat oleh Sanusi merupakan sikap pribadi yang tidak berkaitan dengan sikap Balegda ataupun DPRD DKI. (Baca: Saat Sanusi Sendirian Hadapi Kasus Suapnya)

Mengenai sikap Sanusi menurut pandangannya, dia sulit percaya jika Sanusi menerima suap. Sebab, dia sudah lama mengenal Sanusi jauh sebelum mereka menjadi anggota Dewan.

Lulung mengetahui bahwa kehidupan Sanusi sekarang sudah mapan dengan usahanya sekarang. Karena itu, dia bingung jika Sanusi masih mencari uang melalui suap.

"Sanusi itu adik kelas saya dia, sebelum kejadian ini, dia sudah mapan kerja di bidang developer. Kalau hari ini terjadi, ya saya tanya, ini pribadi atau Dewan? Taufik bilang kemarin ini pribadi. Ya sudah tanggung jawab sendiri," ujar Lulung.

Akhirnya, dia pun menyerahkan kepada KPK untuk mengusut kasus ini. Jika kasus ini ujungnya menyeret nama anggota Dewan lain, kata dia, dukungan kepada KPK tetap diberikan.

"Kalau dari hasil pemeriksaan ada rentetan, kita apresiasi saja, dukung saja kinerja KPK," ujar Lulung. (Baca: Sanusi Berulah, Gerindra yang Kena Getah)

Kompas TV Ini Kata Taufik Soal Pengunduran Diri Sanusi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Megapolitan
Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Megapolitan
Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Megapolitan
Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Megapolitan
Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Megapolitan
Kunjungan Warga ke Posyandu Berkurang, Wali Kota Depok Khawatir 'Stunting' Meningkat

Kunjungan Warga ke Posyandu Berkurang, Wali Kota Depok Khawatir "Stunting" Meningkat

Megapolitan
Pengelola Istiqlal Imbau Pengunjung yang Pakai Bus Kirim Surat Agar Tak Kena Tarif Parkir Liar

Pengelola Istiqlal Imbau Pengunjung yang Pakai Bus Kirim Surat Agar Tak Kena Tarif Parkir Liar

Megapolitan
Jalan di Depan KPU Jakut Ditutup Imbas Rekapitulasi Ulang Pileg, Warga Keluhkan Tak Ada Sosialisasi

Jalan di Depan KPU Jakut Ditutup Imbas Rekapitulasi Ulang Pileg, Warga Keluhkan Tak Ada Sosialisasi

Megapolitan
Bus Pariwisata Digetok Rp 300.000 untuk Parkir di Depan Masjid Istiqlal, Polisi Selidiki

Bus Pariwisata Digetok Rp 300.000 untuk Parkir di Depan Masjid Istiqlal, Polisi Selidiki

Megapolitan
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor Buka Pelayanan untuk Pecandu Judi Online

RSJ Marzoeki Mahdi Bogor Buka Pelayanan untuk Pecandu Judi Online

Megapolitan
Motif Anak Bunuh Ayah di Duren Sawit: Sakit Hati Dituduh Mencuri hingga Dikatai Anak Haram

Motif Anak Bunuh Ayah di Duren Sawit: Sakit Hati Dituduh Mencuri hingga Dikatai Anak Haram

Megapolitan
Fahira Idris: Bidan Adalah Garda Terdepan Penanggulangan Stunting

Fahira Idris: Bidan Adalah Garda Terdepan Penanggulangan Stunting

Megapolitan
Jaksa Minta Hakim Tolak Pembelaan Panca Pembunuh Empat Anak Kandung di Jagakarsa

Jaksa Minta Hakim Tolak Pembelaan Panca Pembunuh Empat Anak Kandung di Jagakarsa

Megapolitan
Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit Ternyata Anak Kandung Korban

Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit Ternyata Anak Kandung Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com