"There's not a man alive who can whup me.
I'm too fast. I'm too smart. I'm too pretty.
I should be a postage stamp. That's the only way I'll ever get licked."
Suka tinju atau tidak, semua orang pasti mengenal siapa Muhammad Ali. Beberapa orang bahkan terkenang akan kata-kata yang diucapkannya. Bila Ali bicara, orang-orang mendengarkan karena apa yang disampaikan tegas, tanpa tedeng aling-aling, tetapi sekaligus menghibur.
Di atas ring, Ali menaklukkan lawannya dengan pukulan dan kecerdasannya bertinju. Namun, di luar ring, dia adalah orator yang fasih mempromosikan tinju, cakap menjual pertarungannya, dan yang paling penting, pandai menjual diri.
Ali bahkan mendapat julukan "The Greatest" karena berkali-kali menyampaikan kepada masyarakat bahwa dirinya adalah yang terbesar. Dia mengatakan itu dengan rasa percaya diri dan diulang-ulang sehingga orang tersihir dan menganggap julukan "The Greatest" identik dengannya.
Ali, yang sebelumnya bernama Cassius Clay, mulai dikenal setelah memenangi medali emas di Olimpiade Roma. Memasuki dunia tinju profesional, ia segera menjadi pembicaraan setelah menang dalam 20 pertandingan pertamanya, 16 di antaranya menang KO.
Selain membicarakan kehebatan petinju asal Louisville itu berlaga, orang juga mulai mengenal sesuatu yang berbeda pada Ali, yang tidak didapati pada petinju lain, yakni kebiasaan Ali sesumbar.
"Aku adalah astronot di dunia tinju. Joe Louis dan Dempsey (petinju masa itu) hanyalah pilot jet. Akulah satu-satunya di kelasku," ujarnya suatu kali.
Pada kesempatan lain, saat diwawancarai, Ali dengan tegas berkata, "Satu-satunya kesalahanku adalah tidak menyadari betapa besar aku sebenarnya."
Maka, tak heran, akibat kata-katanya itu, Ali kemudian dijuluki "Si Mulut Besar" yang takabur. Namun, untuk kritikan itu, Ali punya jawaban, "Sulit bersikap rendah hati bila kamu juga sehebat aku," ujarnya.
"Don't you forget, I am the greatest!" #MuhammadAli pic.twitter.com/HXaTz39RPM
— Muhammad Ali (@MuhammadAli) April 27, 2015
Ali memang punya kebiasaan merangkai kata-kata soal kehebatan dirinya, sekaligus meremehkan petinju-petinju lain yang lebih senior. Ini tentu membuat mereka merah kupingnya.
Namun, dengan strategi itulah, Ali kemudian bisa menarik perhatian juara dunia kelas berat Sonny Liston. Liston akhirnya tertarik untuk menerima tantangan Ali tahun 1965 walau Ali sebenarnya penantang di urutan ke-9 untuk memperebutkan sabuk juaranya.
Liston adalah petinju dengan reputasi yang "mengerikan". Ia pernah bertanding melawan petinju bernama Wayne Bethea, yang dihajarnya habis-habisan sehingga sebagian rahangnya patah dengan tujuh gigi tanggal. Padahal, Liston hanya melayangkan pukulan jab sepanjang pertandingan yang berlangsung 58 detik itu.
Saat itu, sedikit saja yang menjagokan Ali. Sementara Sonny Liston bisa disamakan dengan Mike Tyson pada masa jayanya. Hampir mustahil dikalahkan. Namun, dengan gaya bertarungnya yang indah, Ali mengalahkan Liston dengan TKO dan merebut gelar juara dunia.