Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggap Urus STNK Berbelit-belit, Warga Dukung Pelayanan Satu Loket

Kompas.com - 02/05/2016, 10:52 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden RI Joko Widodo berencana akan menerapkan sistem satu loket dalam proses pengurusan surat tanda nomor kendaraan (STNK) di Indonesia. Rencana itu disambut baik oleh sejumlah warga. Sebab, selama ini dalam mengurus STNK harus melewati tiga loket.

Betty (48) warga Cilandak, Jakarta Selatan, sangat menyetujui rencana tersebut. Menurut dia, saat ini, proses perpanjangan STNK tahunan cukup berbelit. Dalam mengurus hal tersebut dirinya harus melewati tiga loket.

Pada tahap pertama ia harus mengisi formulir pendaftaran. Selanjutnya, ia menyerahkan formulir tersebut ke loket pendaftaran. Setelah itu, ia menunggu namanya dipanggil dan yang terakhir, dia mengantre lagi untuk melakukan proses pembayaran di loket bank pemerintah.

"Sangat setuju. Memang seharusnya begitu, jadi satu loket saja tidak seperti sekarang prosesnya berbelit harus melewati tiga loket," ujarnya kepada Kompas.com di Kantor Samsat Polda Metro Jaya, Senin (2/5/2016).

Betty menjelaskan, mengurus perpanjangan STNK tahunan mobilnya itu memakan waktu sekitar 45 menit. Ia berharap nantinya jika jadi diterapkan sistem satu loket bisa memangkas waktu lebih cepat dari sekarang.

"Semoga jadi lebih cepet daripada sekarang deh. Kalau bisa loket sama petugasnya juga dibanyakin biar makin banyak," ucapnya.

Senada dengan Betty, Andi warga Jakarta Barat yang akan mengurus perpanjangan STNK lima tahunan motornya mengaku setuju jika diterapkan sistem satu loket dalam pengurusan STNK. Namun, ia meminta agar petugas yang mengurusi hal tersebut harus diperbanyak agar tidak mengalami proses yang memakan waktu.

"Saya sih setuju, tapi kalau bisa petugas yang meng-entry datanya dibanyakin lagi. Percuma kalau sistem satu loket tapi petugasnya sedikit," kata Andi.

Andi menuturkan, sekarang ini di Samsat Polda Metro Jaya pelayanannya sudah cukup memuaskan. Sebab, praktik percaloan sudah tidak ada lagi di tempat tersebut seperti dahulu.

"Sudah cukup memuaskan sih di sini. Udah enggak kelihatan lagi calo yang bawa berkas lebih dari satu, terus tiba-tiba selesainya duluan daripada kita yang antri normal," ujarnya.

Hal yang sama juga dikatakan Joko (34). Menurut dia, pelayanan di Samsat Polda Metro Jaya sudah cukup memuaskan.

Ia mengaku meski sekarang dalam proses perpanjangan STNK tahunan melewati tiga loket dirinya tidak merasa keberatan. Sebab, dari ketiga loket tersebut tidak memakan waktu yang lama untuk mengantre.

"Enggak masalah harus lewatin tiga loket, cukup cepat tidak sampe satu jam sudah jadi," ucapnya.

Menurut Joko, Jika hari Senin sampai Jumat di lokasi tersebut tidak banyak warga yang datang untuk mengurus surat kendaraan bermotornya. Sehingga, dia tidak perlu mengantre panjang di loket.

"Kalau hari kerja kayak sekarang ini mah enak, Mas, sepi. Coba kalau hari Sabtu datang kesiangan antreannya sudah panjang," kata Joko. (Baca: Presiden Kritik Proses Mengurus STNK yang Tidak Efisien)

Pelayanan publik kembali menjadi sorotan setelah Presiden Joko Widodo mengkritik pelayanan pengurusan surat tanda nomor kendaraan (STNK) di Indonesia. Menurut dia, pelayanan untuk mendapatkan STNK masih tidak efisien.

Menurut Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Presiden menemukan fakta bahwa untuk mengurus STNK, seseorang harus melewati tiga loket.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com