Dinas Tata Air memastikan terjadinya genangan saat hujan deras mengguyur wilayah Jakarta karena beberapa faktor. Selain akibat saluran penghubung tidak berfungsi maksimal, 10 pompa air dari 451 pompa air di wilayah Jakarta dalam kondisi rusak atau tua.
Mengantisipasi genangan dalam menghadapi efek La Nina yang diprediksi akan menguat di pertengahan Juni, Dinas Tata Air berencana mengganti 10 pompa, yang di antaranya sudah ada sejak tahun 1970-an, dan memperbaiki saluran penghubung.
Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan, Kamis (12/5), menuturkan, pompa-pompa yang rusak atau tua di antaranya di Tomang, Ancol, Sunter Utara, juga di Kali Item.
"Itu semua nanti akan diganti," ujar Teguh.
Diakui Teguh, selama ini, perawatan dan pemeliharaan pompa minim. Akibatnya masa umur mesin pompa yang seharusnya lima tahun jadi lebih pendek dan lebih mudah rusak.
Untuk pompa-pompa rusak, lanjut Teguh, ada yang sama sekali tidak bisa diganti bagian-bagian yang rusak. Itu karena dalam pengadaan awal distributor menyediakan pompa dengan merek yang tidak jelas sehingga saat mencari suku cadang untuk bagian yang rusak tidak ada, atau bahkan produsennya sudah tidak memproduksi lagi.
Penggantian pompa-pompa itu menunggu proses lelang yang segera dilakukan Badan Pengadaan Barang dan Jasa (BPBJ) DKI Jakarta. Untuk mengantisipasi tersedianya pompa-pompa yang tidak jelas merek atau produksinya, Dinas Tata Air dan BPBJ menggunakan metode baru.
Verifikasi ATPM
Kepala BPBJ DKI Jakarta Blessmiyanda menjelaskan, untuk pengadaan pompa-pompa air untuk keperluan Dinas Tata Air, BPBJ memastikan hanya distributor yang merupakan agen tunggal pemegang merek (ATPM) yang turut dalam lelang. Para ATPM itu juga mesti diverifikasi untuk mendapatkan sejumlah ATPM yang betul-betul memiliki Letter of Authorization (LoA) dari pabrikan.
Langkah verifikasi, tambah Blessmiyanda, penting karena BPBJ dan Dinas Tata Air menginginkan mendapat ATPM yang jelas dengan merek yang jelas juga. "Kalau mesinnya rusak, sementara perusahaannya tidak jelas, kita yang rugi. Onderdil tidak ada sehingga masa pakai mesin pompa menjadi berkurang. Perusahaan yang tidak memiliki LoA, begitu pompa rusak, maintenance dari mana? Kita pertimbangkan umur ekonomis," ujar Blessmiyanda.
Dengan ATPM atau distributor dari merek-merek yang jelas, kata Blessmiyanda, saat terjadi kerusakan mesin bisa dipertanggungjawabkan. Ada garansi perawatan dan pemeliharaan, juga untuk penggantian bisa lebih mudah. "Sekarang dinas terkait tengah melakukan pemetaan penyedia untuk mendapatkan daftar ATPM, atau perusahaan-perusahaan yang mendapatkan LoA dari prinsipal," tambahnya.
Karena memiliki keterkaitan dengan perawatan, Teguh melanjutkan, ATPM yang memenangi lelang juga akan diikat dalam kontrak dan memasukkan jaminan servis lima tahun, termasuk perawatan dan penggantian.
Pekerjaan rumah Dinas Tata Air lainnya adalah memperbaiki saluran-saluran penghubung (phb). Seperti diketahui, dari 1.086 saluran penghubung di Jakarta, sekitar 80 persen tidak berfungsi. Utamanya karena saluran penghubung menjadi area parkir dan lokasi utilitas.
"Itu juga masuk dalam program untuk perbaikan. Kami tengah menyiapkan lelang material untuk perbaikan atau mengembalikan fungsi saluran penghubung," ujar Teguh.
(hln/C08)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Mei 2016, di halaman 26 dengan judul "Masalah Pompa Air yang Tak Juga Tuntas".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.