"Waktu saya mau nyambung KTP, minta surat pengantar dari RT/RW sampai pagi-pagi dia belum bangun saya sudah harus kerja. Saya pulang ke rumah sudah kemalaman, dia lagi makan malam enggak mau terima," cerita Ahok.
"Akhirnya, suruh Hansip buat ngurusin surat-surat itu. Kasih siapa duit? Ke Hansip. Itu jadi jaringan pungli akhirnya tanpa kita sadari," kata dia.
Menurut Ahok, RT/RW adalah sistem yang dibentuk saat masa pendudukan Jepang di Indonesia. Sistem itu kemudian dimanfaatkan oleh rezim Orde Baru.
Ia berujar pemanfaatan RT/RW oleh Jepang dan Orde Baru memiliki kesamaan, yakni untuk mengawasi masyarakat.
"Jepang dulu ngawasin siapa keluar masuk. Orde Baru, dimanfaatkan lagi. (Ketua RT/RW) dikuasai sampai jaringan Golkar dulu untuk mengontrol warga," ujar Ahok.
Meski demikian, Ahok menolak jika dianggap ingin menghapus RT/RW. Ia hanya ingin agar para ketua RT/RW mengubah pandangannya. Sebab, ia menilai, masih banyak ketua RT/RW yang memanfaatkan posisinya untuk meraup keuntungan pribadi dengan cara-cara yang tidak baik.
"Mereka ada harusnya melayani, bukan buat berkuasa, apalagi malakin orang," kata Ahok.
Tidak hanya itu, Ahok juga mengimbau ketua RT/RW yang sibuk dan tak sempat melayani warga untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
"Kalau pulang kerja malam, jangan jadi RT, Bos. Kasih saja istri atau anak kamu. Kan kita juga butuh ada orang yang memperhatikan warganya," ucapnya.