Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Tersembunyi di Balik Maraknya Pencakar Langit di Jakarta

Kompas.com - 03/08/2016, 16:00 WIB

Itu sebabnya, risiko kecelakaan saat proses pembongkaran gedung dinilai tinggi. Di Jakarta, pembongkaran gedung dan bangunan sering kali hanya mengandalkan tenaga lapangan tanpa tenaga ahli pendamping. Pembongkaran rumah tinggal bertingkat tak jarang hanya melibatkan operator alat berat.

Kecelakaan terakhir terjadi di gedung bekas rumah duka Heaven di Jalan Gedong Panjang, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, 18 Juni. Peristiwa yang diduga disebabkan kesalahan prosedur pembongkaran itu menewaskan dua orang.

Di Jakarta, ada juga gedung bertingkat tinggi yang sudah lama mangkrak seperti gedung Panin di Bintaro. Gedung tersebut adalah Menara Saidah di Jalan Letjen MT Haryono, Kelurahan Cikoko, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Menurut pantauan Kompas, Senin (1/8), gedung 28 lantai tersebut dikelilingi pagar seng setinggi sekitar 2 meter. Di satu-satunya akses masuk di Jalan Letjen MT Haryono terlihat lebih dari lima orang berkumpul di pos jaga.

Sejumlah warga RW 001 Kelurahan Cikoko, yang terletak di belakang Menara Saidah, mengaku khawatir gedung itu roboh jika tak segera direnovasi.

Menurut Hafid (26), salah seorang warga, sempat ada kegiatan renovasi pada pertengahan 2015. Namun, renovasi terhenti setelah berjalan dua bulan.

"Semakin lama Menara Saidah tak dihuni, gedung tersebut makin cepat keropos," ujarnya.

Kepala Dinas Penataan Kota (DPK) DKI Jakarta Benny Agus Chandra menyatakan, Menara Saidah itu sudah dalam pengawasan khusus.

"(Gedung) Itu malah sudah beberapa kali pemiliknya kami panggil dan kami tanyai, mau diapakan gedung itu," ujar Benny, Selasa.

Data buram

Meski demikian, Benny mengakui data terkait kondisi gedung-gedung bertingkat tinggi di DKI hingga saat ini masih buram. Menurut Benny, selain tersebar di berbagai instansi, data kondisi gedung belum terdokumentasi secara elektronik.

Soal keamanan dan keselamatan gedung, misalnya, diawasi oleh beberapa instansi sekaligus, seperti DPK, dinas pemadam kebakaran, dan dinas tenaga kerja.

Menurut Benny, pihaknya perlu memperbaiki sistem pengawasan gedung-gedung tinggi di Jakarta saat ini. Ke depan, peran masyarakat di tingkat kelurahan dan kecamatan juga ditingkatkan.

Masyarakat diminta lebih aktif melaporkan gedung-gedung yang dibiarkan mangkrak sehingga membahayakan sekitarnya.

(UTI/HLN/MKN/C04/*)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Agustus 2016, di halaman 28 dengan judul "Risiko Tersembunyi di Balik Maraknya Pencakar Langit".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com