Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Koalisi Kekeluargaan pada Pilkada DKI Berkaitan dengan PDI-P

Kompas.com - 23/08/2016, 07:03 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Setidaknya, ada dua skema yang sedang disiapkan oleh partai-partai dalam Koalisi Kekeluargaan sebagai strategi memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2017. Kedua skema tersebut memiliki ketergantungan terhadap partai dengan kursi terbanyak di DPRD DKI Jakarta, PDI Perjuangan.

"Skema pertama yaitu (Koalisi Kekeluargaan) bersama PDI-P," ujar Anggota DPD Partai Gerindra DKI Jakarta, Syarif, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Senin (22/8/2016).

Koalisi Kekeluargaan diikuti oleh tujuh partai politik yaitu PDI-P, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, PKS, PKB, dan PPP. Namun, terbentuknya koalisi ini hanya berada pada pengurus di tingkat Provinsi DKI Jakarta.

Syarif mengatakan, jika PDI-P masih bergabung dengan Koalisi Kekeluargaan, maka PDI-P memiliki hak untuk menentukan cagub yang akan diusung. PDI-P mendapatkan keistimewaan itu karena merupakan partai pemenang atau pemilik jumlah kursi terbanyak di DPRD DKI Jakarta.

Saat ini, Koalisi Kekeluargaan baru memiliki satu nama yang disepakati menjadi cagub atau cawagub, yaitu Sandiaga Uno.

Skema kedua tanpa PDI-P

Meski demikian, Koalisi Kekeluargaan memahami bahwa PDI-P merupakan partai yang bisa mengusung cagub dan cawagub sendiri, tidak perlu berkoalisi, pada Pilkada DKI 2017. Syarif mengatakan Koalisi Kekeluargaan pun mengantisipasi jika PDI-P memisahkan diri dari koalisi dan mengusung calonnya sendiri.

(Baca: Politikus Partai Gerindra Duga PDI-P Akan Keluar dari "Koalisi Kekeluargaan")

Jika hal itu terjadi, maka Koalisi Kekeluargaan harus terus berjalan. Skema kedua tanpa PDI-P inilah yang sedang disiapkan oleh Koalisi Kekeluargaan. Khususnya terkait siapa cagub dan cawagub yang akan mereka dukung.

"Sekitar tanggal 5 September, Koalisi Kekeluargaan akan deklarasikan pasangan cagubnya karena desakan dari masyarakat agar dipercepat," ujar Syarif.

Lirik birokrat DKI

Ketua DPD Partai Gerindra DKI Mohamad Taufik membocorkan beberapa nama yang sedang dipantau Koalisi Kekeluargaan. Ada dua nama dari birokrat DKI yaitu Sekretaris Daerah DKI Saefullah dan Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Sylviana Murni.

"Dari birokrat, ada Saefullah sama Sylviana Murni yang kita pantau," ujar Taufik.

Taufik lantas mengungkapkan alasannya menilai para birokrat itu sebagai tokoh yang masuk radar Koalisi. Menurut dia, birokrat merupakan rekan kerja yang cocok untuk mendampingi tokoh politik yang menjadi kepala daerah.

Terkait nama Saefullah dan Sylviana Murni, Taufik menyebut mereka sebagai birokrat yang berpengalaman.

"Dua-duanya adalah birokrat tulen yang memulai dari bawah. Sama-sama pernah jadi wali kota," ujar Taufik.

Kompas TV 7 Parpol Bentuk "Koalisi Kekeluargaan" Pilkada DKI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com