Hal ini karena mereka memang berupaya mengedepankan langkah persuasif terlebih dahulu. Penertiban juga dilakukan begitu ada perintah dan surat dari pemimpin wilayah masing-masing.
"Kami enggak akan berani main hakim sendiri. Masyarakat itu sekarang sudah pintar. Belum lagi sekarang itu sedikit-sedikit warga bisa ke LBH (Lembaga Bantuan Hukum) lho," ujar Bi.
Bi sadar, selama ini Satpol PP dipandang negatif oleh masyarakat. Itu seolah menjadi citra yang akan terus melekat, tidak peduli apa pun yang mereka lakukan untuk masyarakat. Bi pun mengajak warga untuk berpikir sejenak, apa yang akan terjadi jika tidak ada Satpol PP.
"Warga tidak tahu pekerjaan kita. Kalau enggak ada kita, bagaimana? Pejalan kaki tidak bisa jalan di trotoar karena ada PKL. Pedagang ada di mana-mana karena tidak tertib. Akibatnya jadi macet, buang-buang bensin," ujar Bi.
"Coba pergi ke daerah banjir, tanya ke masyarakatnya, yang pertama kali terjun membantu warga siapa? Kami. Tapi selama ini yang disebut menolong itu pemadam kebakaranlah atau PPSU, kami kebagian yang jelek-jelek doang," tambah Bi.
Meski demikian, kesadaran akan pentingnya Satpol PP di masyarakatlah yang membuat Bi bertahan. Bi mengatakan, seluruh Satpol PP harus paham bahwa pekerjaan ini adalah bentuk pengabdian masyarakat. Tanpa mereka, akan banyak hal yang berantakan di Ibu Kota. (Baca: Jadi Satpol PP Pun Ada Ujiannya... )
Melawan bangsa sendiri
Ada satu masalah yang menjadi momok di internal Satpol PP saat ini. Masalah itu adalah adanya kesenjangan sosial antara Satpol PP yang berstatus PNS dengan mereka yang berstatus pegawai honorer.
Salah seorang anggota Satpol PP, An, mengatakan, dia adalah pegawai honorer yang sudah bertugas selama 11 tahun. Namun, hingga kini belum diangkat menjadi PNS. Tentu, ada perbedaan dari segi pendapatan antara PNS dan pegawai honorer. Jika PNS Satpol PP bisa mengantongi belasan juta setiap bulan, Satpol PP berstatus honorer mendapatkan gaji setengahnya. Padahal, pekerjaan mereka sama. Sama-sama berhadapan dengan rakyat di bawah terik matahari.
"Makanya maaf-maaf ya, kami itu seperti melawan bangsa sendiri, tapi kami sendiri juga dijajah oleh sistem," ujar An.
"Kalau polisi lawannya ketahuan, para kriminal. Kami Pol PP melawan siapa? Rakyat. Rakyat kecil di mana saya sendiri juga kecil," tambah An. (Baca: Cerita Satpol PP "Dikerjai" PKL Pasar Tanah Abang)
Untuk menambah penghasilan, tidak jarang ada anggota Satpol PP yang bekerja sambilan. Misalnya saja dengan cara berjualan pakaian secara online atau menjual makanan. An mengatakan, permasalahan ini sudah disampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, hingga ke pemerintah pusat.
Dia berharap akan segera ada solusi bagi Satpol PP berstatus pegawai honorer ini. Dia merasa tidak takut dalam menyuarakan masalah ini.
"Pak Ahok yang bicara kok saat 17 Agustus 2016, dia bilang merdeka itu kita bebas berpendapat. Orang kita benar kok, ini memang pengalaman pribadi saya, memang nasib kami begini," ujar An.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.