Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curahan Hati Satpol PP, Polisi Paling Tabah yang Melawan Bangsa Sendiri...

Kompas.com - 24/08/2016, 09:56 WIB
Jessi Carina

Penulis

Kompas TV Warga Mengamuk Akibat Pos RW Dibongkar Satpol PP

Hal ini karena mereka memang berupaya mengedepankan langkah persuasif terlebih dahulu. Penertiban juga dilakukan begitu ada perintah dan surat dari pemimpin wilayah masing-masing.

"Kami enggak akan berani main hakim sendiri. Masyarakat itu sekarang sudah pintar. Belum lagi sekarang itu sedikit-sedikit warga bisa ke LBH (Lembaga Bantuan Hukum) lho," ujar Bi.

Bi sadar, selama ini Satpol PP dipandang negatif oleh masyarakat. Itu seolah menjadi citra yang akan terus melekat, tidak peduli apa pun yang mereka lakukan untuk masyarakat. Bi pun mengajak warga untuk berpikir sejenak, apa yang akan terjadi jika tidak ada Satpol PP.

"Warga tidak tahu pekerjaan kita. Kalau enggak ada kita, bagaimana? Pejalan kaki tidak bisa jalan di trotoar karena ada PKL. Pedagang ada di mana-mana karena tidak tertib. Akibatnya jadi macet, buang-buang bensin," ujar Bi.

"Coba pergi ke daerah banjir, tanya ke masyarakatnya, yang pertama kali terjun membantu warga siapa? Kami. Tapi selama ini yang disebut menolong itu pemadam kebakaranlah atau PPSU, kami kebagian yang jelek-jelek doang," tambah Bi.

Meski demikian, kesadaran akan pentingnya Satpol PP di masyarakatlah yang membuat Bi bertahan. Bi mengatakan, seluruh Satpol PP harus paham bahwa pekerjaan ini adalah bentuk pengabdian masyarakat. Tanpa mereka, akan banyak hal yang berantakan di Ibu Kota. (Baca: Jadi Satpol PP Pun Ada Ujiannya... )

Melawan bangsa sendiri

Ada satu masalah yang menjadi momok di internal Satpol PP saat ini. Masalah itu adalah adanya kesenjangan sosial antara Satpol PP yang berstatus PNS dengan mereka yang berstatus pegawai honorer.

Salah seorang anggota Satpol PP, An, mengatakan, dia adalah pegawai honorer yang sudah bertugas selama 11 tahun. Namun, hingga kini belum diangkat menjadi PNS. Tentu, ada perbedaan dari segi pendapatan antara PNS dan pegawai honorer. Jika PNS Satpol PP bisa mengantongi belasan juta setiap bulan, Satpol PP berstatus honorer mendapatkan gaji setengahnya. Padahal, pekerjaan mereka sama. Sama-sama berhadapan dengan rakyat di bawah terik matahari.

"Makanya maaf-maaf ya, kami itu seperti melawan bangsa sendiri, tapi kami sendiri juga dijajah oleh sistem," ujar An.

"Kalau polisi lawannya ketahuan, para kriminal. Kami Pol PP melawan siapa? Rakyat. Rakyat kecil di mana saya sendiri juga kecil," tambah An. (Baca: Cerita Satpol PP "Dikerjai" PKL Pasar Tanah Abang)

Untuk menambah penghasilan, tidak jarang ada anggota Satpol PP yang bekerja sambilan. Misalnya saja dengan cara berjualan pakaian secara online atau menjual makanan. An mengatakan, permasalahan ini sudah disampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, hingga ke pemerintah pusat.

Dia berharap akan segera ada solusi bagi Satpol PP berstatus pegawai honorer ini. Dia merasa tidak takut dalam menyuarakan masalah ini.

"Pak Ahok yang bicara kok saat 17 Agustus 2016, dia bilang merdeka itu kita bebas berpendapat. Orang kita benar kok, ini memang pengalaman pribadi saya, memang nasib kami begini," ujar An.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com