Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadiri Diskusi di Stasiun TV, Lulung Tak Mau Segmennya Dibatasi

Kompas.com - 16/09/2016, 22:11 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Abraham "Lulung" Lunggana, menghadiri diskusi bertema "Mencari Penantang Ahok" yang diadakan Kompas TV, Jumat (16/9/2016) malam. Pada kesempatan itu, ia sempat menolak segmennya dibatasi oleh pembawa acara.

Kejadian bermula saat Lulung berusaha menjelaskan mengenai keributan antara Gubernur Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dengan sejumlah anggota DPRD saat mediasi di Kementerian Dalam Negeri pada sekitar Maret 2015. Saat itu, tengah dalam masa penyusunan APBD 2015.

Menurut dia, saat itu yang dikeluhkan anggota DPRD bukanlah mengenai masalah pengadaan UPS tetapi tudingan Ahok yang menyebut DPRD memasukan anggaran siluman mencapai Rp 12,1 Triliun dalam APBD 2015.

"Persoalan Rp 12,1 triliun  yang dianggap uang siluman ada di penetapan 2015. Kalau UPS itu perubahan 2014," ujar Lulung.

Lulung kemudian menuding mencuatnya kasus UPS merupakan akibat dari pencitraan yang ingin dilakukan Ahok. Menurut Lulung, pengadaan UPS sebenarnya sudah disepakati bersama antara eksekutif dan DPRD.

Lulung menyebut saat itu eksekutif setuju DPRD mengusulkan UPS, scanner, dan printer. Tapi dengan syarat, eksektif diperbolehkan mengajukan pembangunan RS Kanker dan Jantung.

"Ada anggaran Rp 1,6 triliun. Setelah berembuk, disepakati Rp 800 Juta untuk beli rumah sakit, Rp 800 Juta untuk beli printer, scanner dan sebagainya," kata dia.

Selepas itu, pembawa acara ingin memberikan kesempatan bagi peserta lain untuk berbicara. Saat itulah, Lulung menyampaikan penolakannya.

"Ntar dulu, jangan diputus, nanti masyarakat tidak tahu karena masalah pencitraan itu yang tadi. Kalau yang diskriminasi korbannya saya," ujar Lulung.

Setelah itu, Lulung menjelaskan tentang dirinya yang dalam pembahasan pengusulan pembangunan RS Kanker dan Jantung. Sampai akhirnya, ia mengatakan bahwa pada September 2014, eksekutif mengganti nomenklatur pembangunan RS Kanker dan Jantung dengan nomenklatur pembelian lahan milik RS Sumber Waras.

Pembicaan Lulung kemudian berpindah ke masalah penyerapan anggaran Pemprov DKI yang selalu rendah. Saat itulah, kembali pembawa acara mencoba ingin memotong Lulung untuk memberikan kesempatan bagi peserta lain berbicara.

Namun, lagi-lagi, Lulung menolak. "Bentar dulu saya belum selesai. Saya jangan dikasih yang pendek-pendek. Karena saya lebih pengalaman," ujar Lulung.

Ia kemudian melanjutkan penjelasannya tentang seringnya Ahok gonta-ganti pejabat. Ia menilai hal itu jadi penyebab rendahnya penyerapan.

Setelah beberapa menit, lagi-lagi, pembawa acara ingin memberikan kesempatan kepada peserta lain. Namun, kembali, Lulung menolak.

"Tunggu dulu, tunggu dulu," kata Lulung.

"Tapi saya harus kasih kesempatan ke yang lain," kata pembawa acara.

"Saya enggak mau, saya enggak mau. Ntar dulu. Jangan diberhentiin karena ini kerugian masyarakat," timpal Lulung.

Selain Lulung, diskusi itu juga dihadiri bakal calon gubernur Sandiaga Uno, bakal calon wakil gubernur Mardani Ali Sera, Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo, serta dua panelis, masing-masing pengamat tata kota Yayat Supriyatna dan pengamat politik Ikrar Nusa Bakti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com