JAKARTA, KOMPAS.com - Elektabilitas bakal calon gubernur petahana DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, berdasarkan hasil survei beberapa lembaga menunjukkan penurunan dibanding bulan-bulan sebelumnya. Merespons hal itu, Basuki mengatakan dirinya harus bekerja lebih baik lagi.
"Makanya kalau memang tren (elektabilitas) saya menurun, orang Jakarta enggak mau pilih saya lagi, saya masih punya satu tahun, saya harus bikin banyak sekali proyek-proyek," kata Basuki, di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (6/10/2016).
Basuki mengatakan, dirinya tak terlalu mempersoalkan menang atau kalah pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Bagi Basuki, ia hanya ingin memaksimalkan kinerja di sisa masa jabatan agar dapat meninggalkan kenangan baik untuk Ibu Kota.
"Waktu kamu meninggalkan Balai Kota, orang mengenang kamu tidak? Orang harus akui nih, ini zamannya dia, zamannya Ahok (Basuki) lho, orang akan kenang seumur hidup," kata Basuki.
(Baca: Djarot Tetap Senang dengan Survei LSI meski Elektabilitas Ahok Disebut Menurun)
Berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pimpinan Denny JA, tren elektabilitas Basuki terus menurun. Hasil survei pada Maret 2016, elektabilitas Basuki masih 59,3 persen.
Pada survei Juli 2016, elektabilitas Basuki turun menjadi 49,1 persen, dan pada Oktober 2016, elektabilitasnya terus turun menjadi 31,4 persen.
Kemudian berdasarkan hasil survei Media Survei Nasional (Median), elektabilitas Basuki pada September 2016 mencapai 34,2 persen. Elektabilitasnya itu terus menurun dari Desember 2015 yang meraih 50,0 persen.
Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, menjelaskan penurunan elektabilitas Basuki disebabkan karena dia batal memilih maju melalui jalur perseorangan pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Karakteristik pemilih Ahok ingin agar Ahok terbebas parpol. Ini lampu kuning bagi tim sukses Ahok, karena elektabilitasnya tergerus terus," kata Rico.