JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak Anies Baswedan mendeklarasikan dirinya maju sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta pada 23 September 2016 hingga saat ini, banyak agenda blusukan yang dia jalani.
Memasuki Oktober 2016, kegiatannya mengunjungi warga maupun mendatangi posko pemenangannya semakin intens dilakukan.
Namun, dari sekian banyak kunjungan, ada satu kesamaan.
Warga yang ditemui Anies merupakan kalangan yang tampaknya tidak puas dengan pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
(Baca juga: Alasan Anies Sering Turun ke Masyarakat meski Belum Masa Kampanye)
Ini terlihat dari hal-hal kecil yang disampaikan warga saat Anies datang, seperti obrolan yang membandingkan Anies dengan Basuki, keluhan terhadap kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, hingga penyampaian bentuk dukungan yang bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antar-golongan).
Memang, tidak semua warga yang ditemui Anies mengaitkan dengan unsur SARA dalam memberikan dukungan.
Ketika Anies meresmikan salah satu posko pemenangannya di daerah Johar Baru, Jakarta Pusat, 30 September 2016, misalnya, salah satu kelompok yang mengklaim anggota dari Forum RT/RW menjelaskan alasan mereka menjagokan Anies sebagai calon pemimpin Ibu Kota.
Alasan itu disampaikan secara santun dan tanpa menghina atau merendahkan bakal calon gubernur lain.
"Mari kita dukung Pak Anies untuk memimpin Jakarta. Pak Anies adalah sosok yang santun dan bersama dengan wakilnya yang hebat, Pak Sandiaga Uno, insya Allah Jakarta akan berubah jadi lebih baik melalui pemimpin yang mau mendengarkan masalah warganya," kata salah satu perwakilan Forum RT/RW.
(Baca juga: Seruan "Tolak Penggusuran" dan "Tolak Ahok" di Tengah "Blusukan" Anies)
Pernyataan dukungan ini dibarengi dengan penandatanganan dukungan untuk Anies-Sandi dari lebih kurang 20 kelompok relawan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.