JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merombak jajaran direksi PT MRT Jakarta. Direktur Utama Dono Boestami dan Direktur Operasi dan Pemeliharaan Mohamad Nasyir dicopot dari jabatannya.
Posisi Direktur Utama kini diisi oleh William P Sabandar. Direktur Konstruksi dijabat oleh Silvia Halim. Adapun Direktur Operasi dan Pemeliharaan kini diisi oleh Agung Wicaksono. Direktur Keuangan dan Administrasi diberikan ke Tuhiyat.
Komisaris Utama dijabat oleh Erry Riyana Hardjapamekas. Anggotanya yaitu Kepala Dinas Bina Marga DKI Yusmada Faizal, Rukijo, dan Prasetyo Boeditjahjono.
Gubernur DKI Jakarta Basuki atau Ahok mengatakan, William dipilih karena pernah mendapat kesan positif dari Ketua Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), Kuntoro Mangkusubroto. William dinilai bisa mengatasi berbagai permasalahan.
"Bukan orang yang cari saya terus. Kalau semua orang mesti berurusan sama saya, mau nekan orang kan capek," kata Ahok, Selasa (18/10/2016).
Perombakan ini bukan kali pertama dilakukan sejak PT MRT Jakarta dibentuk pada 2008 silam. Sebelum diisi oleh William, posisi Direktur Utama pernah diisi oleh Dono Boestami, dan Tribudi Rahardjo. Tiga Direktur Utama berganti, pembangunan MRT fase pertama yang membentang dari Bundaran HI hingga Lebak Bulus, molor dari target siap beroperasi.
MRT sempat ditargetkan rampung pada lalu molor menjadi 2017, 2018, dan kini diharapkan beroperasi pada awal 2019, setelah dipastikan tak akan siap saat perhelatan Asian Games 2018.
Desas-desus pergantian direksi pekan ini sudah lama terdengar. Apalagi pada Maret lalu, Ahok mengancam akan memecat para direkturnya. Ancaman pemecatan menyusul adanya 57 girder box dari salah satu kontraktor yang salah cetak.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta kala itu, M Nasyir, membantah pihaknya lalai mengawasi kontraktor. Ia mengatakan, PT MRT Jakarta memiliki tugas untuk menjaga kontrak dan manajemen proyek.
"Proyek MRT itu sistemnya design and build. Kontraktor menyodorkan desain, membangun, dan melakukan controlling. PT MRT tugasnya kan cuma penjagaan kontrak, sama manajemen proyek," ujar Nasyir, Rabu (27/7/2016).
Selama tiga tahun bekerja untuk PT MRT Jakarta, Nasyir menjadi saksi bahwa biang molornya pembangunan MRT adalah pembebasan lahan. Menurut Nasyir, berdirinya MRT prematur karena tanpa persiapan matang.
Konstruksi dimulai saat lahan belum dibebaskan. Nasyir menyebut pembebasan lahan untuk konstruksi layang dari Sisingamangaraja hingga Lebak Bulus sebagai perjuangan yang 'berdarah-darah'.