Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penataan Dadap, Antara Program Pemerintah dan Kesiapan Masyarakat

Kompas.com - 28/12/2016, 16:00 WIB


Warga tak dilibatkan

Sukiman (77), salah satu tokoh masyarakat di Dadap Ceng In, mengatakan, pada dasarnya dirinya setuju penataan kawasan ini. Namun, mereka protes karena dalam rencana penataan ini, warga sama sekali tidak dilibatkan.

"Sejak awal kami tidak dilibatkan. Kami cuma mendapat pemberitahuan, diajak pertemuan untuk rencana proyek pembangunan yang sudah jadi konsep dan disuruh pindah karena bangunan rumah kami akan diratatanahkan," tutur Sukiman.

Wahyudi (45), warga lainnya, mengatakan hal yang sama. "Wajar kami protes karena sudah puluhan tahun kami tinggal dan besar di tempat ini. Tahu- tahu, kami disuruh pindah begitu saja. Entar, kalau ditertibkan, kami harus ke mana? Kalau sudah ditertibkan, apakah ada jaminan kami dapat tinggal di rusun?" ujarnya, Sabtu pekan lalu.

Sejauh pengamatan, Sabtu, hanya satu-dua bangunan rumah warga yang masih berdiri di kawasan ini. Sebagian besar sudah rata dengan tanah. Puing-puing reruntuhan bangunan terserak di lokasi. Tampak juga sisa limpahan air menggenangi jalan yang juga akses penyambung dari arah laut menuju Kota Tangerang dan Jakarta.

"Memang sudah banyak bangunan yang dibongkar. Suasana di sana kondusif. Anggota kami masih tetap patroli di lokasi yang akan ditata itu," kata Kepala Polsek Teluknaga Ajun Komisaris Supriyanto, Senin (19/12).

Kawasan Dadap Ceng In merupakan perkampungan nelayan sekaligus daerah lokalisasi karena letaknya yang dekat dengan pantai utara (pantura) Jawa dan pendatang ramai datang ke sana. Lokalisasi Dadap sudah ada sejak akhir 1970-an hingga awal 1980-an.

Awalnya, daerah ini merupakan sawah. Namun, seiring dengan pembangunan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, banyak pekerja dan orang-orang yang menggantungkan hidupnya di sini. Kawasan ini juga semakin ramai karena adanya kampung nelayan. Lambat laun muncul tempat hiburan dan akhirnya jadi tempat prostitusi.

Kawasan Dadap sudah sejak lama dikenal sebagai hunian padat. Hal ini juga didasari banyaknya tempat usaha di sana, seperti pergudangan dan usaha lain yang menopang keberadaan bandara. Warga di sana umumnya pendatang, termasuk pekerja seks komersial, yang diperkirakan sama sekali bukan berasal dari Tangerang, melainkan dari pantura Jawa Barat. Nama Ceng In diambil dari seorang tokoh yang berpengaruh pada zaman dulu. Kali yang ada di kawasan itu dan mengalir ke laut juga diberi nama Ceng In.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com