Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penataan Dadap, Antara Program Pemerintah dan Kesiapan Masyarakat

Kompas.com - 28/12/2016, 16:00 WIB

Persiapkan masyarakat

Program penataan kawasan pesisir, termasuk Dadap Ceng In, sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang 2013-2018. Selain Pemkab, ujar Zaki, program ini juga merupakan program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

"Kami berharap program ini progresnya signifikan," lanjutnya. Terkait dengan program ini, Zaki memastikan penertiban tidak akan berhenti hingga tahun 2018. "Program ini merupakan program berkelanjutan. Hal itu karena tingkat kesulitan yang tinggi, salah satunya karena kepemilikan lahan," papar Zaki.

Selain menata kawasan, Pemkab menginginkan warganya mandiri, dalam arti perekonomian mereka berjalan baik, tidak hanya mengandalkan profesi nelayan, yakni melaut. Namun, nelayan dan keluarga juga bisa memanfaatkan potensi alam yang tersedia untuk menghasilkan sesuatu produktivitas. Misalnya, memanfaatkan lahan kosong dengan menanam sayuran. Selanjutnya, Pemkab akan menyempurnakan kawasan ini dengan menambah sarana dan prasarana pelengkap, seperti membangun pelelangan ikan dan pelabuhan kecil.

Seusai Diskusi Panel Persiapan Pilkada DKI Jakarta, Jumat (9/12), sosiolog dari Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine, menyebutkan, penataan suatu kawasan, termasuk perkampungan nelayan dan lainnya, memiliki konsekuensi besar. "Pemkab harus ingat, penataan kawasan yang berujung pemindahan warga ke lokasi baru termasuk rusun ini bukan hanya sekadar memindahkan manusianya semata, tetapi juga ikut memindahkan kehidupannya secara keseluruhan," ungkap Daisy.

Sebelum warga dipindahkan, lanjut Daisy, dari awal pemerintah harus melibatkan partisipasi warga dalam menata permukiman yang baru. Pola hidup warga yang akan berubah total harus diantisipasi sejak dini. "Yang harus diingat, saat dipindah ke tempat lain, mereka (penghuni lama) harus hidup dengan suasana yang baru," ucap Daisy.

Terkait rencana menata kawasan dengan memindahkan warganya, ujar Daisy, Pemkab harus terus melakukan sosialisasi kepada warga. Sosialisasi ini harus dilakukan dua arah, melalui suatu mekanisme rembuk. "Rembuk warga dan Pemkab seharusnya dilakukan secara rutin," kata Daisy. Hal lain yang harus diperhatikan, sebelum dipindahkan ke tempat baru, warga harus mengetahui secara jelas seperti apa pengelolaan tempat baru tersebut.

(Pingkan Elita Dundu)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Desember 2016, di halaman 22 dengan judul "Polemik Penataan Dadap Ceng In, Antara Program Pemerintah dan Kesiapan Masyarakat".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Megapolitan
Longsor 'Teror' Warga New Anggrek 2, Was-was Mencengkram meski Tinggal di Perumahan Elite

Longsor "Teror" Warga New Anggrek 2, Was-was Mencengkram meski Tinggal di Perumahan Elite

Megapolitan
Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Megapolitan
PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat pada Pilkada 2024

PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat pada Pilkada 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Megapolitan
Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Megapolitan
Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Megapolitan
Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Megapolitan
Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com