Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lakukan Tes Narkoba Bukan di BNN, Pasukan Oranye Dapat Skor Kecil

Kompas.com - 18/01/2017, 12:41 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu yang membuat skor petugas Penanganan Prasanara dan Sarana Umum (PPSU) atau dikenal dengan sebutan "pasukan oranye" lama tidak cukup tinggi adalah hasil tes narkoba.

Salah seorang anggota pasukan oranye asal Jatinegara, Jakarta Timur, Nedi Herawan, mengatakan dia hanya mendapatkan skor 5 dari tim seleksi hanya karena melakukan tes narkoba di RS Polri.

"Kami semua tesnya di RS Polri. Ternyata kalau mau skornya tinggi, itu dari BNN," kata Nedi di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (18/1/2017).

Tes narkoba merupakan salah satu persyaratan bagi yang ingin bekerja sebagai pasukan oranye. Nedi mengatakan dia dan teman-temannya sepakat untuk melakukan tes narkoba di RS Polri usai bekerja.

"Jadi kami waktu itu kolektif, pas jam istirahat baru kami tes. Kalau kami enggak kerja dulu kan nanti dimarahin," ujar Nedi.

Pihak kelurahan kemudian memberikan skor berbeda untuk hasil tes narkoba yang dilakukan selain di BNN. Nedi mengatakan dia dan teman-temannya tidak diberitahu tentang hal itu sebelumnya.

"Kami kan kurang jelas, enggak dikasih tahu. Kalau tahu ya ngapain kami tes ke RS Polri, langsung saja ke BNN," kata Nedi.

Akhirnya, mereka tidak bisa mendapatkan skor maksimal. Padahal skor sangat berpengaruh terhadap kelanjutan kontrak mereka.

Anggota pasukan oranye lainnya, Soeadji, mengatakan status kependudukan juga memengaruhi skor penilaian. Mereka yang ber-KTP DKI Jakarta akan mendapatkan skor maksimal, yaitu 10.

"Kalau KTP Bekasi skornya 5, kalau daerah lain dapat poin 3. Mungkin karena Bekasi masih lebih dekat sama Jakarta," kata Soeadji.

Sistem penilaian para pekerja harian lepas (PHL) memang menggunakan sistem skor. Sebanyak 27 pasukan oranye di Jatinegara yang diberhentikan sebenarnya mendapatkan skor yang tinggi dalam seleksi. Skor paling rendah mereka adalah 75.

"Sebenarnya, mereka dari segi nilai sudah lulus ya karena kami kan minimal 70. Nah, mereka paling kecil skornya 75," kata panitia penyelenggaraan barang dan jasa dari Suku Dinas lingkungan hidup dan Kebersihan DKI, Benny, kepada Kompas.com, Sabtu (14/1/2017).

Namun, kata Benny, anggota pasukan oranye lama itu tetap tidak bisa melanjutkan kontrak mereka. Sebab, kuota pasukan oranye yang dibutuhkan terbatas, yaitu 547 saja. Jumlah yang mendaftar lebih banyak dari itu, yaitu 600 orang.

Benny mengatakan, mereka yang lulus mendapatkan skor di atas 90.

"Mereka yang masuk di angka 547 itu dapat skor 93," ujar Benny.

Benny mengatakan, skor tertinggi dari 27 PHL yang tidak lulus itu adalah 90. Artinya, sudah lewat jauh dari batas skor minimal, tetapi tetap tidak lulus karena ada kuota.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com