Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Pemburu Mayat di Jakarta

Kompas.com - 19/01/2017, 10:48 WIB
Yodsa Rienaldo

Penulis

KOMPAS.com - Kalau Palang Merah kerjaannya adalah mengurus orang sakit, lain halnya dengan Palang Hitam yang bertugas membawa orang meninggal.

Palang Hitam adalah sebutan bagi petugas Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta yang menjadi garda terdepan menjemput jenazah di suatu lokasi kejadian.

Jenazah yang dijemput beragam mulai dari jenazah terlantar tanpa identitas, jenazah dari panti sosial yang biasanya tidak memiliki kerabat, hingga jenazah dari keluarga miskin di rumah sakit milik Pemprov DKI Jakarta.

Kerja dari tim ini bukan hanya menjemput jenazah saja, juga sampai memandikan, mengafankan, mensholatkan (untuk yang beragama Islam), mengantar ke kuburan, bahkan sampai ikut menguburkan. Di bawah Pemprov DKI Jakarta, status mereka adalah Pegawai Harian Lepas (PHL).

Para pasukan pemburu mayat ini berkantor di lantai 2 Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Jalan KS Tubun, Jakarta Pusat.

Memasuki tempat mereka berkumpul, Kompas.com melihat beberapa orang dengan seragam berwarna hitam-oranye sedang duduk berjaga di belakang meja kayu dalam ruangan berukuran 4x7 meter.

Punya kisah masing-masing

Suasana di dalam ruangan tersebut tidak terlalu sibuk. Sesekali telepon berdering dan ada petugas yang bolak-balik dengan membawa berkas-berkas.

Uniknya, dalam ruangan itu kesan ceria langsung didapat. Padahal, kalau melihat dari lingkup kerja mereka, cukup menyeramkan. Tak jarang, mereka harus mengangkut jenazah dengan kondisi yang mengenaskan.

Mulai dari jenazah korban tertabrak kereta dengan kondisinya berserakan, sampai jenazah yang sudah bengkak, membusuk, dan pecah ketika di angkat. Bahkan hanya dari foto-foto dokumentasi yang ditunjukkan sudah cukup membuat siapa saja yang melihat bergidik dan merasa mual.

(Baca: "Palang Hitam", Pasukan yang Mengurus Jenazah Telantar di Ibu Kota...)

Masing-masing dari tim Palang Hitam ini mempunyai cerita dalam melaksanakan tugasnya.  Seperti Yudi yang sudah bergabung sejak tahun 2006 lalu.

Meskipun sudah lebih dari satu dekade, jenazah pertama yang dijemputnya masih menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.

“Waktu itu dapatnya yang sudah membusuk,” cerita Yudi.

Bukan hanya Yudi, Musli atau yang akrab dipanggil Acoy juga tidak bisa melupakan pengalaman pertamanya ketika bergabung di tahun 1998.

KOMPAS.com/YODSA RIENALDO Mobil jenazah yang biasa digunakan Pasukan Palang Hitam dalam mengangkut mayat.
“Dulu (jenazah) yang pertama cewek gantung diri hamil lima bulan. Sudah membusuk dan berbelatung. Pas saya coba lepasin talinya, dulu saya pegang talinya masih geli, terus mayatnya jatuh dan kena muka saya. Sampai sekarang saya nggak bisa lupa,” cerita Acoy.

Semua punya cerita dan pengalamannya masing-masing, Yudi menambahkan.

“Ada yang mayatnya sudah busuk di atas loteng terus susah payah ambilnya, bayi umur 5 bulan, ada juga yang sudah bengkak terus pecah pas diangkat.”

(Baca: "Mister X" di TPU Pondok Ranggon, Sebatang Kara di Akhir Hayat)

Pengalaman berbau mistis juga menjadi hal yang cukup sering ditemui.

Mulai dari jenazah pengemis di daerah Monas yang wangi, jenazah ketika dimandikan tiba-tiba berhamburan kutu dari rambutnya, malahan ada pengalaman ketika sedang memandikan jenazah, tiba-tiba jenazah tersebut bergerak seolah-olah mau bangun.

“Itu yang mengalami yang memandikan jenazah wanita. Pada kaget semua, ada yang sampai kabur malah,” jelas Yudi.

Sampai lewat waktu makan siang, tim Palang Hitam tidak mendapatkan panggilan untuk menjemput jenazah. Memang waktunya tidak dapat diprediksi, bisa pagi-pagi buta, atau tengah malam. Namun tuntutan profesi ini mengharuskan mereka untuk siaga setiap saat.

“Ada yang terus bertahan, ada juga yang menyerah dan mencari pekerjaan lain karena tidak tahan,” kata Yudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Wanita di Selokan Jalan Juanda Bekasi, Korban Telah Hilang Selama 4 Hari

Jasad Wanita di Selokan Jalan Juanda Bekasi, Korban Telah Hilang Selama 4 Hari

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan di Selokan Bekasi, Polisi: Sempat Terlihat Sempoyongan

Jasad Perempuan Ditemukan di Selokan Bekasi, Polisi: Sempat Terlihat Sempoyongan

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Belum Juga Laku di Lelang meski Harganya Telah Dikorting

Rubicon Mario Dandy Belum Juga Laku di Lelang meski Harganya Telah Dikorting

Megapolitan
Remaja Perempuan Direkam Ibu Saat Bersetubuh dengan Pacar, KPAI Pastikan Korban Diberi Perlindungan

Remaja Perempuan Direkam Ibu Saat Bersetubuh dengan Pacar, KPAI Pastikan Korban Diberi Perlindungan

Megapolitan
Eks Warga Kampung Bayam Sepakat Pindah ke Hunian Sementara di Ancol

Eks Warga Kampung Bayam Sepakat Pindah ke Hunian Sementara di Ancol

Megapolitan
Kronologi Komplotan Remaja Salah Bacok Korban saat Hendak Tawuran di Cimanggis Depok

Kronologi Komplotan Remaja Salah Bacok Korban saat Hendak Tawuran di Cimanggis Depok

Megapolitan
Sampah Menggunung di TPS Kembangan, Ketua RT Sebut Kekurangan Petugas untuk Memilah

Sampah Menggunung di TPS Kembangan, Ketua RT Sebut Kekurangan Petugas untuk Memilah

Megapolitan
Ditetapkan sebagai Tersangka, Ini Peran 5 Pelaku Begal Casis Bintara Polri di Jakbar

Ditetapkan sebagai Tersangka, Ini Peran 5 Pelaku Begal Casis Bintara Polri di Jakbar

Megapolitan
Iseng Masukan Cincin ke Kelamin hingga Tersangkut, Pria di Bekasi Minta Bantuan Damkar Buat Melepas

Iseng Masukan Cincin ke Kelamin hingga Tersangkut, Pria di Bekasi Minta Bantuan Damkar Buat Melepas

Megapolitan
Sopir Truk Sampah di Kota Bogor Mogok Kerja, Puluhan Kendaraan Diparkir di Dinas Lingkungan Hidup

Sopir Truk Sampah di Kota Bogor Mogok Kerja, Puluhan Kendaraan Diparkir di Dinas Lingkungan Hidup

Megapolitan
Terobos Jalur Transjakarta, Zoe Levana: Saya Salah dan Tidak Akan Mengulangi Lagi

Terobos Jalur Transjakarta, Zoe Levana: Saya Salah dan Tidak Akan Mengulangi Lagi

Megapolitan
Pembegal Casis Bintara Polri Jual Motor Korban Rp 3,3 Juta

Pembegal Casis Bintara Polri Jual Motor Korban Rp 3,3 Juta

Megapolitan
Zoe Levana Mengaku Tak Sengaja Terobos Jalur Transjakarta, Berujung Terjebak 4 Jam

Zoe Levana Mengaku Tak Sengaja Terobos Jalur Transjakarta, Berujung Terjebak 4 Jam

Megapolitan
Ini Tampang Madun, Conde, Buluk, dan Kerdil, Komplotan Begal yang Bacok Casis Bintara di Jakbar

Ini Tampang Madun, Conde, Buluk, dan Kerdil, Komplotan Begal yang Bacok Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Zeo Levana Mengaku Buat Konten Terjebak di 'Busway' atas Permintaan Sopir Bus Transjakarta

Zeo Levana Mengaku Buat Konten Terjebak di "Busway" atas Permintaan Sopir Bus Transjakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com