Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membaca Peradaban China di Jakarta lewat Wihara Dharma Bhakti...

Kompas.com - 27/01/2017, 15:24 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

Utamanya, kata dia, masyarakat Tionghoa yang datang ke Jakarta pasti menyempatkan diri untuk datang ke kelenteng itu.

Terbakar

Namun sayangnya, kelenteng yang hampir tiap hari ramai itu harus dilalap api pada 2 Maret 2015 akibat korsleting. Hal itu bagaikan mimpi buruk bagi para pengurus dan jemaah yang biasa datang.

Karena banyak peralatan yang mudah terbakar, api dengan cepat merambat. Bagian belakang habis, penyangga kayu berbahan kayu jati di ruang sembahyang pun berubah warna menjadi hitam pekat.

Patung-patung pemujaan pun banyak yang ikut terbakar. Untunglah, patung Dewi Kwan Im yang berusia lebih kurang 300 tahun bisa diselamatkan.

“Yang tersisa hanya (patung) tersebut dan bangunan ini,” tunjuk Tan pada bangunan di samping kanan tempat sembahyang.

(Baca juga: 2 Tahun Setelah Terbakar, Wihara Dharma Bhakti Belum Dibangun Kembali)

Dulunya, tempat itu adalah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Sekarang, ruang itu dipakai sebagai tempat penyembahan pada Dewi Kwan Im sekaligus kantor pengurus.

“Sempat lima sampai enam bulan setelah kejadian (kebakaran), kelenteng ditutup oleh pengurus. Setelah itu saya pikir, tempat sembahyang ini harus dibuka lagi. Kami harus memperlihatkan bahwa (kami) tetap cinta pada tempat religi ini,” lanjut Tan.

Pengurus pun bergotong-royong merapikan wihara. Paling tidak, kelenteng kembali layak dijadikan tempat sembahyang.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Penyangga berwarna hitam di Wihara Darma Bhakti, Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. Wihara ini sempat terbakar pada 2015. Gambar diambil pada Kamis (26/1/2017)

Hal pertama yang dirapikan adalah puing-puing bekas kebakaran. Bagian belakang kemudian dipagari dengan seng agar tak ada orang yang lewat.   

“Setelah itu, bagian ubin kami cat. Di bagian tengah ruang sembahyang juga sudah ditaruh miniatur patung pemujaan. Kurang lebih sama posisinya seperti sebelum terbakar,” kata dia.

Bawa hoki

Menjadi kelenteng tertua membuat Wihara Dharma Bhakti punya banyak jemaah. Jelang Imlek, Kamis (26/1/2017), pengunjung mulai datang berganti-gantian.

Kata Tan, pengunjung datang belum terlalu banyak. Pada hari Imlek, Sabtu (28/1/2017), jumlahnya bisa ribuan kali lipat. Tan mengatakan, banyak orang yang meyakini bahwa kelenteng ini membawa hoki.

“Prediksi saya biasanya sampai 8.000 orang. Sejak pukul 12 malam ketika pergantian hari, ruangan dan halaman semua penuh. Orang mengantre untuk berdoa,” ujar Tan lagi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com