Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Kejanggalan Kesaksian Ketua MUI Menurut Kuasa Hukum Ahok

Kompas.com - 01/02/2017, 06:40 WIB
Jessi Carina

Penulis

Kejanggalan lain, kata Humphrey, mengenai pernyataan Ma'ruf yang menyebut Ahok melakukan penghinaan terhadap ulama. Humphrey merasa pernyataan itu janggal.

Sebab, Ma'ruf sendri tidak menonton video pidato tersebut. "Waktu kami tanya, Pak Ma'ruf sama sekali tidak tonton video 1 jam 48 menit," ujar Humphrey.

Selain itu, kata Humphrey, MUI tidak melakukan klarifikasi apa pun terhadap Ahok. Dengan alasan, perkataan Ahok dinilai sudah cukup jelas sehingga tidak perlu lagi diklarifikasi.

Selain itu, kata Humphrey, ucapan Ahok yang disoroti oleh MUI hanya terkait Al Maidah. MUI tidak menyoroti konteks pembicaraan Ahok secara keseluruhan.

Bertemu dengan paslon nomor 1

Humphrey juga melihat kejanggalan dalam kesaksian Ma'ruf saat ditanya soal hubungannya dengan Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Humphrey mengatakan, sudah jadi pengetahuan umum bahwa Ma'ruf pernah menjadi Dewan Pertimbangan Presiden di era SBY, tetapi Ma'ruf tidak menuliskannya di kolom riwayat pekerjaan saat keterangannya di-BAP.

"Intinya jadi wantimpres dua periode, hubungan mereka enggak perlu diragukan," ujar Humphrey.

Ia juga menilai Ma'ruf berkelit dalam menjawab sejumlah pertanyaan mengenai pertemuannya dengan pasangan calon nomor satu, Agus Yudhoyono-Sylviana Murni.

(Baca juga: Ketua MUI Keberatan Dianggap Dukung Agus-Sylvi)

Ma'ruf bertemu Agus dan Sylvi dalam kaitannya sebagai Rois Aam PBNU. Dalam kesaksiannya, Ma'ruf awalnya mengaku hanya kebetulan bertemu Agus dan Sylviana.

Pertemuan itu bukan berarti mendukung pasangan nomor 1. "Tapi kan sudah jadi berita di mana-mana dia beri dukungan ke paslon 1, kemudian dia bilang dukungan itu hanya untuk membuat senang orang yang datang sebagai tamu saja," ujar Humphrey.

Lalu, jawaban Ma'ruf juga berbeda ketika ditanya soal waktu pertemuan. Awalnya, Ma'ruf mengaku menerima keduanya sebelum Ahok berpidato di Kepulauan Seribu pada 27 September.

Setelah dibuktikan kuasa hukum, ternyata terbukti pertemuan terjadi pada 7 Oktober. Humphrey pun mencurigai waktu pertemuan ini.

Sebab, jaraknya begitu dekat dengan keluarnya keputusan pendapat dan sikap keagamaan MUI yaitu 11 Oktober.

"Perubahan jawaban ini memperlihatkan dia mencoba menutupi. Sebagaimana dalam riwayat pekerjaannya tidak disebut wantimpres padahal kan ini pekerjaan penting," ujar Humphrey.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com