Selain itu, kata Mansyur, tanaman yang dijual para pedagang di Senayan lebih lengkap.
Sudah begitu, mereka mampu memberikan harga lebih murah. Tanaman hias yang dijual Mansyur mulai dari Rp 10.000-Rp 11.000.000.
Mata pencarian utama
Mansyur sadar betul, ketika imbauan relokasi datang kepadanya, berarti harus ada waktu adaptasi lagi. Terlebih lagi, lokasi yang disediakan berada di dalam Kompleks GBK.
Ia menanamkan pikiran positif bahwa pihak pengelola ingin memberikan tempat lebih laik.
Kalau sebelumnya lapak pedagang terkesan asal, kini lapak mereka ditata dengan luas satu lapak 3 x 5 meter.
“Lebih rapi memang kelihatannya, lalu beberapa bulan lalu juga dibangun saung-saung seperti tempat wisata. Tempatnya lebih nyaman, andai saja dibarengi dengan banyaknya pembeli,” imbuh Mansyur.
Harapan lain, datang dari pikirannya yang mengatakan bahwa peluang mendapat pembeli bisa saja datang dari pengunjung pameran-pameran di GBK.
“Ternyata, tidak semudah itu. Sampai saat ini, adanya pameran tidak begitu mempengaruhi datangnya pengunjung ke lapak kami. Meskipun, masih ada orang yang iseng datang membeli saat akhir pekan. Mereka adalah orang-orang yang datang olahraga,” tutur dia.
(Baca juga: Meski Keberatan, Pedagang Tanaman Senayan Mundurkan Lapak)
Keadaan yang seperti itu membuat teman-temannya sesama pedagang banyak mengeluh.
Bahkan, kata Mansyur, jumlah pedagang mulai berkurang. Tadinya ada 115 pedagang di sana. Kini, jumlahnya tinggal 80-an.
Kata Mansyur, pedagang berkurang karena banyak yang beralih profesi. Kalau tetap di sini, mereka tak kuat dengan biaya sewa yang harus dibayarkan per bulan.
Sebelum direlokasi, pedagang hanya perlu membayar retribusi lebih kurang Rp 90.000 per bulan. Sekarang, satu lapak dihargai Rp 250.000 per bulan.
“Kalau saya tidak bisa seenaknya pindah profesi. Keluarga bergantung pada tanaman hias. Ini mata pencarian utama,” ujar bapak dua anak tersebut.
Mansyur menuturkan, sejak direlokasi, keadaan finansial keluarganya mulai morat-marit.