Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Periksa Kejiwaan Anak yang Bunuh Ibu

Kompas.com - 17/02/2017, 17:16 WIB

TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Dimas Saputra (18) membunuh ibu kandungnya, Titin Nurbaeti (50), Kamis (16/2). Polisi masih memeriksakan kondisi psikologis Dimas sebelum memutuskan pelaku bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya atau tidak.

Kejadian bermula ketika Dimas, anak bungsu Titin, menyalakan kompor gas sambil merokok di rumah petak kontrakan ibunya di Gang Nurul Huda RT 002 RW 003 Kelurahan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Api yang menyala besar itu memicu keributan ibu dan anak. Para tetangga melerai mereka.

Tata Nidja (69), warga yang tinggal tepat di depan kontrakan Titin, mengatakan, warga khawatir jika terjadi kebakaran akan mudah merambat ke rumah sekitar yang menempel satu sama lain.

"Setelah suasana mereda, kami semua kembali ke rumah masing-masing. Tetapi, saya juga tidak bisa tidur, tetap mengawasi rumah itu," ujarnya.

Risnaini (28), kakak ketiga Dimas, datang setelah mendengar keributan itu. Ia mengatakan, para tetangga sempat menawarkan untuk memasung Dimas lantaran khawatir Dimas mengamuk atau berbuat sesuatu yang membahayakan orang lain. Namun, Titin menolak dan percaya bahwa anaknya masih bisa dikendalikan.

Sekitar pukul 05.00, kakak pertama Dimas, Nur Hilda (32), melihat Dimas tidak juga tidur, tetapi terus berbicara sendiri.

Titin yang juga melihat hal itu lantas menghampiri Dimas. Tanpa disangka, Dimas justru menusuk Titin dengan golok. Titin menjerit kesakitan. Hilda dan anggota keluarga lain berlari keluar rumah karena takut. Mereka berteriak minta tolong kepada tetangga.

Namun, para tetangga tidak bisa berbuat banyak karena takut. Tata sempat melihat Dimas keluar rumah sambil mengacungkan golok. Tidak lama, ia melempar golok itu ke jalan di depan rumah.

Di dalam rumah, Titin telah tewas.

Perilaku berubah

Tata mengatakan, Dimas selama ini berperilaku baik. Namun, sejak dua minggu terakhir, ada keanehan dalam perilaku Dimas yang putus sekolah sejak kelas III SD. Ia kerap melihat Dimas tertawa terbahak-bahak sendirian dan berbicara sendiri dengan kata-kata yang tidak jelas.

Selama ini, Tata hanya tahu Dimas bekerja sebagai kuli panggul di Tanah Abang. Upah hariannya diberikan kepada ibunya.

"Tetapi, saya sering mendengar ibunya memarahi dia. Saya pernah ngasih tahu juga jangan begitu kepada anak. Tahu-tahu ada kejadian ini," katanya.

Hilda mengatakan, dirinya dan adik-adiknya adalah lima bersaudara dari dua ayah yang berbeda. Dimas merupakan anak bungsu dan sejak kecil sudah ditinggal pergi ayahnya. Sejak itu, Dimas tinggal berpindah-pindah dengan sanak saudaranya hingga terakhir dengan ibunya yang saban hari berjualan nasi uduk dan donat.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tangerang Selatan Ajun Komisaris Achmad Alexander mengatakan, Dimas dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati untuk menjalani pemeriksaan psikologis guna menentukan kondisi kejiwaannya.

Tindakan yang akan dilakukan polisi sangat bergantung pada hasil observasi. Jika dinyatakan mengalami gangguan jiwa permanen atau tidak dapat disembuhkan, Dimas tidak bisa dimintai pertanggungjawaban secara hukum. Jika gangguan jiwanya dapat disembuhkan, tersangka akan direhabilitasi dan setelah sembuh baru dimintai pertanggungjawaban.

Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Reni Kusumowardhani menjelaskan hal senada. Tindakan Dimas tidak dapat dianalisis hanya melalui perilaku yang kasatmata, tetapi harus dipastikan dinamika psikis di baliknya. Keterangan orang di sekitarnya tidak dapat dijadikan dasar mutlak bahwa Dimas mengalami gangguan kejiwaan. (UTI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Februari 2017, di halaman 15 dengan judul "Polisi Periksa Kejiwaan Anak yang Bunuh Ibu".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com