Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peternakan Tapos Pernah Jadi Legenda dan Mati Suri

Kompas.com - 20/02/2017, 18:00 WIB

Setelah Soeharto berhenti sebagai Presiden tahun 1998, peternakan Tapos juga langsung mati suri. Paling tidak, mati suri sementara. Sebab, saat ini di sana masih ada 1.500 sapi perah yang menghasilkan minimal 5.500 liter susu per hari. Juga terdapat sekitar 300 domba yang dipelihara untuk kebutuhan internal, saat ada perayaan keluarga, peternakan, atau kemasyarakatan dan keagamaan.

Ladang-ladang rumput gajahnya masih terawat baik dan mampu menghasilkan sedikitnya 50 ton rumput sehari untuk pakan semua ternak.

Tapos masih memiliki dua dokter hewan dan sekitar 30 karyawan tetap sebagai pemelihara ternak dan kandang. Lebih dari 150 warga sekitar juga terlibat di peternakan sebagai tenaga lepas, sewaktu-waktu dipekerjakan untuk memanen rumput gajah, pakan utama ternak. Dulu, jumlah tenaga kerja lebih dari 500 orang karena Pak Harto sengaja tidak menggunakan mesin pemanen rumput untuk menyerap tenaga kerja lokal. Kini tenaga kerja berkurang karena kegiatan peternakan menciut. Banyak kandang yang kosong atau dibiarkan kosong tidak terpakai.

Di sana juga terlihat banyak peralatan kerja pertanian dan peternakan yang rusak atau berkarat teronggok di beberapa lokasi. Empat mesin pemotong rumput dan pengolah makanan ternak dengan cerobong-cerobongnya bercat biru, yang menjadi ciri khas "kemodernan" peternakan pada mulanya, sudah bertahun-tahun dibiarkan rusak dan akhirnya mesin-mesinnya berkarat.

Tetap ada harapan

Harapan keluarga besar Pak Harto untuk kembali mengembangkan peternakan Tapos tetap besar. Sebagian besar kandang sudah direnovasi. Di atasnya dibangun atau ditambahkan semacam vila untuk tempat bermalam atau berkumpul keluarga yang mengunjungi peternakan.

Ada kandang yang dibiarkan berupa bangunan asli, seperti kandang transit ternak di areal paling depan peternakan atau sebelah kanan jalan masuk utama ke peternakan.

Namun, jika melihat kondisi joglo dan paviliun di samping joglo yang tetap terawat dan dalam bentuk aslinya, ada harapan, sejarah peternakan torehan Pak Harto akan dilestarikan. Pada waktunya, peternakan Tapos dikelola kembali secara profesional untuk mewujudkan cita-cita Pak Harto.

Di bangunan utama yang berupa joglo masih terawat dengan baik. Perabotannya berupa meja-meja dan kursi-kursi yang digunakan semasa Pak Harto menerima dan berdialog dengan berbagai kalangan tentang pertanian dan peternakan. Ada dua meja yang kaki-kakinya terbuat dari rotan serta beberapa puluh kursi lipat warna merah yang digunakan saat Pak Harto menerima rombongan tamu.

Semula, joglo terbuka sebagaimana joglo umumnya. Namun, kemudian diberi joglo ukuran 12 meter x 12 meter, yang di bagian bawahnya diberi dinding papan dan di bagian atasnya diberi dinding tirai bambu, berikut empat pintu di setiap sisinya. Juga ada tambahan meja-meja panjang terbuat dari papan untuk kebutuhan rapat. Perabotan di paviliun di samping joglo, tempat Pak Harto istirahat dan bertemu dengan tamu-tamu terbatas, juga masih asli dan utuh.

Selain ada lukisan wayang karakter Krisna dari kulit sapi, ada dua lukisan cat minyak menghiasi dinding paviliun. Satu lukisan hadiah dari Perdana Menteri Australia dan satu lagi hadiah dari cucu Pak Harto, Ragowo Hediprasetyo Prabowo. Lukisan itu berhubungan dengan peternakan, yaitu tentang sapi di padang luas terbuka.

"Semua itu barang-barang Pak Harto. Salah satu tongkatnya merupakan hadiah dari petani. Mendiang Pak Harto itu orang sederhana. Barang-barangnya cuma segitu. Kamar mandinya dari dulu juga begitu, juga klosetnya. Namun, kamar mandi itu bersejarah. Selain Pak Harto, pernah dipakai pejabat tinggi negara lain, termasuk PM Inggris (waktu itu) Margaret Thatcher. Kami akan merawat semua peninggalan asli Pak Harto ini sebagai monumen kecintaan dan perjuangannya terhadap upaya memajukan pertanian dan peternakan di Indonesia," kata I Made Soewecha.

Soewecha, yang bertahun-tahun mendampingi Pak Harto hingga akhir hayatnya, mengatakan, Pak Harto tak pernah menginap di peternakan. Pak Harto biasanya datang pagi-pagi atau subuh lalu kembali ke Jakarta siang atau malam hari. Sebab, Pak Harto tak ingin merepotkan pasukan pengawal atau pengamanannya. Pak Harto dua minggu sekali mengontrol keliling peternakannya.

"Pak Harto tak mau merepotkan orang lain. Kalau memberi wejangan, selalu meminta kita bersabar. Falsafah Jawa, mikul dhuwur mendhem jero, sangat diterapkan beliau. Jangan suka menghujat kepada para pemimpin atau orangtua-orangtua kita, kualat nanti," katanya.

I Made Soewecha, yang juga kepala koordinator operasional PT Reso Sari Bumi unit peternakan Tapos, memastikan peternakan itu dikembangkan kembali menjadi peternakan berbasis bisnis modern.

Beberapa warga di dekat peternakan berharap peternakan berkembang lebih baik dari zaman Pak Harto. "Kalau peternakan maju, anak-anak kami bisa bekerja di sana," katanya.

I Nyoman Sukarata, wakil I Made Soewecha, memastikan, PT Rejo Sari Bumi, perusahaan pemilik dan pengelola Tri S Ranch Tapos, resmi memiliki izin perpanjangan HGU sampai 2025 dengan izin lahan 450 hektar. Luas lahan itu lebih kecil dibandingkan izin HGU tahap pertama (1975-2000) yang saat itu 751 hektar.

Semoga peternakan Tapos dibangun kembali menjadi peternakan modern yang mampu bersaing dan berkiprah dalam dunia peternakan Indonesia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Februari 2017, di halaman 27 dengan judul "Pernah Jadi Legenda dan Mati Suri".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com