DEPOK, KOMPAS.com - Pengelola rumah baca Paguyuban Terminal (Panter) di Terminal Depok ingin jajaran Pemerintah Kota Depok mengajak mereka berdiskusi untuk membahas mengenai nasib rumah baca Panter.
Seperti diketahui, rumah baca Panter kini sudah digusur menyusul adanya rencana revitalisasi Terminal Depok.
Ketua paguyuban Terminal Depok, Agus Kurnia mengatakan sampai dengan saat ini tidak ada jajaran Pemkot Depok yang mengajak mereka berdiskusi untuk membahas nasib rumah baca Panter.
"Kalau memang ke Dinas Pendidikan? ada kesempatan untuk ngobrol kapan. Kalau sekonyong-konyong datang ke sana kan agak bingung saya. Tapi ketika Dinas Pendikan tanpa harus diminta mereka mengetahui, ada rada ingin mengajak ngobrol, kan lebih bagus," kata Agus saat ditemui Kompas.com, Senin (27/3/2017).
Baca: Sejak Rumah Baca Panter Digusur, Anak Jalanan Jadi Liar Kembali
Agus berharap perhatian Pemkot Depok kepada Panter sama seperti perhatian yang diberikan ke sekolah Masjid Terminal.
Menurut Agus, Pemkot Depok sudah beberapa kali menemui pengelola sekolah Masjid Terminal (Master) untuk membahas mengenai sekolah tersebut yang juga terkena dampak revitalisasi Terminal Depok.
Agus mengatakan baik sekolah Master maupun rumah baca Panter memiliki keterkaitan. Keduanya sama-sama berupaya mendidik anak jalanan agar punya bekal menuju kehidupan yang lebih baik. Yang membedakan adalah sekolah Master memiliki pola pengajaran yang mirip sekolah formal.
"Ketika anak yang mau sekolah, kita arahkan ke sana. Tapi ketika anak itu enggak mau sekolah, tapi dia pengin pinter ya belajar di sini," ucap Agus.
Baca: Pemkot Depok Janji Carikan Lahan Pengganti untuk Rumah Baca Panter
Sebagian besar bangunan rumah baca Panter yang berada di dalam Terminal Depok diketahui digusur pada 2014 silam terkait adanya rencana proyek revitalisasi Terminal Depok.
Sebelumnya, rumah baca tersebut terdiri dari tiga bangunan warung berukuran sekitar 5x5 meter yang digabungkan. Kini, hanya tersisa satu gubuk kecil terbuat dari bambu dengan luas 5x5 meter.
Menurut Agus, penggusuran yang terjadi terhadap rumah baca Panter menimbulkan dampak negatif terhadap anak-anak jalanan yang dulunya aktif beraktivitas di tempat tersebut.
Baca: Ketulusan Hati Pendiri Rumah Baca Panter
Sebab, kini banyak di antara mereka yang kembali ke kehidupan lamanya. Hal itulah yang diinginkan Agus sangat ingin dibicarakannya dengan jajaran Pemkot Depok.
"Tentunya kita minta petunjuk dan arahan dari mereka yang membidangi. Karena jujur aja kita prihatin ada kepeduliaan kita terhadap anak jalanan. Karena setelah kita dekatin mereka, mereka terbuka. Sebetulnya mereka pengin punya bapak. Nah dengan hal ini saya minta petunjuk dan arahan kepada orang yang bisa diajak bicara," kata Agus.