Sementara itu, setoran yang harus dibayar ke pemilik mobil mencapai Rp 180.000. Padahal, pemasukan kotor yang diterima Yusuf setiap harinya hanya berkisar Rp 300.000-400.000.
Karena itu, Yusuf mengaku terkadang sampai memelas ke pemilik mobil agar bersedia mengurangi jumlah setoran.
"Apalagi M07 ini (tarifnya) termasuk murah kalau dibanding yang lain," ujar bapak dua anak ini.
Baca: Angkot KWK yang Terintegrasi Transjakarta Dilarang Ngetem
Beberapa hari lalu, Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Budi Kaliwono mengatakan, kerja sama yang dilakukan antara pihaknya dan KWK adalah dengan sistem sewa.
Di mana PT Transjakarta menyewa angkot milik KWK pada jam-jam tertentu, tepatnya dari 05.00-09.00 dan 16.00-20.00. Budi menyatakan uang sewa dibayarkan pihaknya langsung ke pengurus KWK.
Nantinya pengurus KWK lah yang akan mengatur pembayaran untuk para sopirnya. Namun, Budi mengaku tidak tahu jumlah besaran gaji yang nantinya akan dibayarkan ke sopir.
"Transjakarta tidak mau mencampuri sampai ke ujung. Karena TJ kan PT. Kami bekerja sama dengan koperasi atau perusahaan angkutan yang sudah baik," ujar Budi saat ditemui di Halte Harmoni, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Senin (27/3/2017).
Baca: Angkot KWK Terintegrasi Transjakarta Layani Rute Mana Saja?
Menurut Budi, dalam setiap trayek, pihaknya memesan sekaligus seluruh angkot-angkot yang ada. Nantinya angkot-angkot tersebut akan diberi tanda khusus.
"Nanti bertahap akan bertambah terus. Sambil kami merapikan armada-armada mereka supaya sama standarnya dengan transjakarta," kata Budi.