Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-36 tahun 1808-1811, juga membangun rumah sakit di luar kota yang berdiri di antara dua aliran Sungai Ciliwung (1743). Rumah sakit sengaja dibangun di utara lapangan supaya pasien dapat berekreasi di alam segar. Tempat tersebut kini telah berubah fungsi menjadi Masjid Istiqlal.
Baru pada 1809, Daendels meratakan areal itu dan memberi nama Champ de Mars pada lapangan luas tersebut.
Lapangan Banteng dulu juga pernah bernama Lapangan Singa. Itu karena di tengah lapangan terpancang tugu peringatan dengan patung singa di atasnya. Tugu itu didirikan pada 1828 untuk mengenang pertempuran Waterloo.
Revitalisasi
Seiring perkembangan kota, Terminal Lapangan Banteng ditutup dan lapangan Banteng jadi ruang terbuka hijau. Kini, Pemerintah Provinsi DKI merevitalisasi Lapangan Banteng. Revitalisasi sudah dimulai 17 Maret lalu, diinisiasi oleh Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono. Ia menuangkan semen lima kali sambil mengucapkan semua sila dalam Pancasila. Revitalisasi dengan dana CSR dan kompensasi koefisien lantai bangunan (KLB).
Untuk menjadikan wajah baru Lapangan Banteng, pekerjaan dibagi dalam tiga zona. Zona pertama merupakan zona utama, yaitu Zona Monumen Pembebasan Irian Barat. Di zona tersebut akan didirikan bangunan berbentuk setengah lingkaran yang berfungsi sebagai amphitheater dilengkapi kolam.
Pelataran zona satu direncanakan untuk kegiatan kesenian dan kebudayaan. Di antaranya konser musik dan peragaan busana. Zona satu ini akan dilengkapi toilet, mushala, food court, dan ruang pengelola. Fasilitas toilet selama ini sering dikeluhkan pengunjung.
Zona dua adalah zona olahraga, buka 24 jam. Zona tiga merupakan area taman. Meski ada revitalisasi, pengunjung tak perlu cemas. Pohon-pohon besar di lapangan ini tetap dipertahankan. Revitalisasi tahap pertama adalah membangun pagar dan lapangan di area olahraga.
"September 2017 ditargetkan selesai. Lapangan Banteng akan lebih gereget," ujar Sumarsono.
(NEL)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Mei 2017, di halaman 28 dengan judul "Dari Hutan hingga Taman Bersejarah".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.