Di sisi lain, harga pangan stabil tinggi sejak tahun lalu dan menyedot 70 persen pengeluaran warga. Dengan berkurangnya pendapatan dan tingginya pengeluaran, membuat sisa daya beli warga menurun.
Penurunan daya beli semakin parah karena masyarakat harus mengeluarkan banyak uang untuk tahun ajaran baru sekolah. Hal itu yang membuat omzet penjualan pakaian muslim semakin dianggap sebagai kebutuhan tersier.
"Jika sebagian besar uang digunakan untuk kebutuhan primer dan sekunder, kebutuhan tersier bakal semakin terabaikan. Pakaian muslim untuk Lebaran yang dulu menjadi kebutuhan sekunder, kini menjadi tersier. Jika ekonomi tetap lesu, omzet penjualan barang-barang tersier akan terus turun, ini sudah terjadi sejak 2015," kata Enny.
(ECA/RAM/ESA/D02/D14)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Juni 2017, di halaman 2 dengan judul "Omzet Baju Muslim Anjlok".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.