Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaji untuk "Pak Ogah" Terbentur Mekanisme Anggaran DKI

Kompas.com - 31/08/2017, 07:11 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak bisa mengabulkan permintaan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya untuk menggaji sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) atau "Pak Ogah".

Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat sudah menjelaskan bahwa setiap anggaran yang dikeluarkan Pemprov DKI harus tertuang dalam APBD DKI. Sementara, anggaran untuk gaji Pak Ogah tidak dialokasikan dalam APBD DKI.

"Anggarannya (Pak Ogah) dari mana? Di APBD enggak ada," ujar Djarot, di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3, Jakarta Barat, Selasa (30/8/2017).

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Syarifudin mengatakan pembahasan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUPA-PPAS) DKI 2017 sudah selesai.

(baca: Djarot: Anggaran "Pak Ogah" dari Mana? Di APBD Enggak Ada)

KUPA-PPAS nantinya akan menjadi APBD-Perubahan DKI 2017. Jika ingin menggaji Pak Ogah, seharusnya anggarannya dimasukkan dalam APBD-P tersebut.

"Tapi sekarang kan pembahasannya sudah selesai, sudah tidak bisa lagi," kata Syarifudin.

Syarifudin menyarankan kepolisian kembali mengajukan surat usulan gaji untuk Pak Ogah. Jika disetujui, maka gaji Pak Ogah bisa diambil dari dana hibah pada 2018.

(baca: Polisi Harap Kadin Bisa Beri Honor UMR untuk Pak Ogah)

Dana hibah pun harus tercatat dalam APBD DKI meski anggaran gaji Pak Ogah tidak masuk ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Halim Pragarra akan menemui Djarot untuk membicarakan masalah ini. Kemarin, Kasubdit Bin Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Budiyanto mendatangi Balai Kota DKI Jakarta untuk mengatur jadwal pertemuan Dirlantas dengan Djarot.

"Saya akan jelaskan supeltas ini UU yang harus dijalankan, termasuk strategi yang kami lakukan," ujar Halim.

Namun, Halim akan menerima jika akhirnya Pemprov DKI tetap tidak bisa menggaji Pak Ogah. Harapan berharap Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta memberi gaji pada Supeltas.

"Ya kan ada Kadin yang bisa. Kami cari lagi usaha-usaha bagaimana sampai bisa membantu ini Supeltas, membiayai Supeltas," ujar Halim.

Para Supeltas adalah warga yang kerap mengatur lalu lintas di jalan raya di Jakarta. Mereka diberi pelatihan oleh polisi dan diusahakan mendapat honor agar tidak meminta uang lagi pada pengendara.

Kompas TV Biang Kemacetan, Juru Parkir Liar Ditahan Petugas Gabungan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com