Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Sindikat Penyelundupan Manusia Pilih Indonesia untuk Transit

Kompas.com - 09/10/2017, 11:20 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Sindikat penyelundupan manusia menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara untuk transit sekaligus memberangkatkan orang-orang yang ilegal ke negara tertentu.

Hal ini terungkap dalam kasus penyelundupan manusia yang ditangani petugas Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta, baru-baru ini, di mana sindikat tersebut hendak menyelundupkan manusia ke negara-negara di Eropa.

"Di kita banyak alternatif, sudah banyak penerbangan ke Eropa. Penerbangan low cost sekarang bukan lagi sesuatu yang susah, itulah salah satu indikasi kenapa mereka datang ke Indonesia," kata Kepala Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta, Enang Syamsi, saat ditemui di kantornya pada Senin (9/10/2017) pagi.

Enang menjelaskan, dalam kasus yang sedang pihaknya tangani, ada sejumlah warga negara Srilanka yang dibantu oleh sindikat penyelundupan manusia untuk masuk ke Eropa.

Orang Srilanka itu terbang dari negara asalnya ke Malaysia, mengambil paspor dari perwakilan sindikat di sana, kemudian ke Indonesia lalu memesan tiket untuk terbang ke Eropa menggunakan paspor Malaysia.

Baca: Petugas Imigrasi Ungkap Penyelundupan WNA yang Gunakan Paspor Asli Milik Orang Lain

Paspor Malaysia yang mereka gunakan adalah paspor asli, namun bukan milik mereka. Sindikat penyelundupan manusia yang dimaksud, menurut Enang, sengaja mengumpulkan paspor-paspor Malaysia yang hilang kemudian mencari warga negara lain yang mirip dengan foto di paspor, lalu digunakan untuk masuk ke negara tujuannya.

"Mereka datang ke Indonesia paspornya dihancurkan, menggunakan paspor Malaysia untuk ke negara-negara di Eropa. Ada yang ke Jerman, Perancis, pokoknya Eropa," tutur Enang.

Pihaknya baru mengamankan lima warga negara asing, dengan tiga warga negara Srilanka yang pakai paspor Malaysia dan dua warga negara Malaysia bagian dari sindikat penyelundupan manusia yang berperan sebagai kurir mengantar orang-orang selundupan.

Para kurir diupah oleh sindikat sebesar 2.000 dolar AS per manusia yang berhasil diselundupkan.

Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta akan berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia untuk mengembangkan kasus ini.

Sampai penyelidikan hari ini, Enang mengaku belum menemukan warga negara Indonesia yang ikut berperan dalam kegiatan sindikat penyelundupan manusia tersebut.

Kompas TV Bareskrim Mabes Polri melalui Direktorat Tindak Pidana Umum menungkap kasus penyelundupan manusia yang terjadi di dua kota berbeda di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com