Saya berjalan menuju ke sebuah warung makan sederhana di dekat tempat itu. Saya tanya ke pedagang tersebut, benarkah informasi yang menyebukan bahwa hotel–hotel di kawasan ini menyediakan fasilitas prostitusi?
Sang penjaja warung langsung terkejut dengan pertanyaan saya, karena di belakang saya ada 3 kamera yang mengarah kepadanya.
Dari 4 penjaja warung, 3 diantaranya langsung menjauh. Sisa satu orang yang malu-malu menjawab pertanyaan saya.
Ia mengatakan sambil senyum, “Dengar-dengar sih begitu?”
Saya kembali bertanya,
”Kok dengar-dengar, memang Bapak sudah berapa tahun jualan di sini?”
“Ya sudah lama sih, 15 tahun.”
“Lho, 15 tahun, masak hanya sebatas dengar?”
“Yaa..tanda-tandanya sih ada. Ada sejumlah perempuan ‘bening’ (cantik) berpakaian minim yang sesekali datang ke warung saya, tapi jelasnya saya juga belum pernah masuk ke dalam, kan..”
Baiklah…
Masuk ke hotel terbesar
Saya pun kembali melanjutkan perjalanan saya ke sebuah Hotel di kawasan ini. Tampak Hotel ini paling besar dan paling mewah dibanding hotel lain sejenis
Saya masuk ke dalam dan meminta izin untuk menemui petugas hubungan masyarakat (Humas) dari Hotel ini. Seorang petugas hotel datang dan menyampaikan bahwa petugas humas hotel ini belum datang.
Sebelumnya saya sempat berkeliling sebentar di hotel ini. Lagi-lagi saya mendapatkan Spa dan Karaoke menjadi “jualan” utama hotel ini. Ada pintu khusus ke sana yang besarnya sama dengan pintu utama hotel.
Kepada seorang petugas hotel saya bertanya apakah hotel ini menyediakan layanan prostitusi? Saya menunjukkan diskusi di forum-forum jagad maya yang memperbincangkan soal layanan prostitusi di hotel ini.
Sang petugas terdiam dan ragu untuk menjawab. Ia baru membuka mulut setelah saya bertanya untuk kedua kalinya.
“Tidak Mas,” ucapnya dengan nada ragu.
Baiklah…