Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdebatan soal Preman Tanah Abang yang antara Ada dan Tiada...

Kompas.com - 08/11/2017, 06:42 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah pihak berdebat mengenai ada tidaknya preman di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Hal ini bermula ketika Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham "Lulung" Lunggana menyatakan tidak ada preman di Tanah Abang.

"Enggak ada preman di situ," ujar Lulung di Jalan Imam Bonjol, Senin (6/11/2017).

Lulung tidak pernah mendengar kejadian perampokan dan pencopetan yang masif di Tanah Abang. Menurut dia, hal tersebut membuktikan bahwa premanisme tidak ada di Tanah Abang.

Selain itu, di sana juga tidak ada pemerasan. Lulung mengakui bisa saja ada warga setempat yang memungut uang dari pedagang kaki lima (PKL).

Namun, menurut dia, warga itu tidak bisa disamakan dengan preman. Dia mengatakan, hal itu adalah upaya warga setempat menjaga wilayah mereka. Warga juga membantu menjaga ketertiban PKL yang berjualan di sana.

"Orang lingkungan cari nafkah, jagain kampungnya kalau orang Betawi bilang. Makanya ngomong-nya yang obyektif. Lihat Tanah Abang jangan dari jauh. Ini kata Haji Lulung, lihat Tanah Abang harus dari dekat," ujar Lulung.

Baca juga: Lulung: Enggak Ada Preman di Tanah Abang!

Beberapa waktu lalu, lembaga Ombudsman RI menemukan adanya preman di Tanah Abang. Temuannya memang bukan spesifik premanisme di Tanah Abang, melainkan soal pungli dari PKL ke oknum Satpol PP. Namun, Ombudsman menyatakan, preman di Tanah Abang menjadi perantara pungutan liar itu. Terkait itu, Lulung enggan mentah-mentah percaya. Meskipun temuannya berasal dari sebuah lembaga negara.

"Iya Ombudsman ini siapa? Ayo, dong, sama-sama investigasi (keberadaan preman di Tanah Abang)," ujar Lulung.

Baca juga: Temuan Ombudsman, Preman Tanah Abang Dekat dengan Satpol PP

Kata Camat Tanah Abang

Hal ini berbeda dengan keterangan Camat Tanah Abang Dedi Arif Darsono yang menyebut ada preman di kawasan pasar tersebut. Bahkan, preman Tanah Abang memiliki beberapa kubu.

"Ada (preman di Tanah Abang). Bahkan, ada beberapa kubu," ujar Dedi.

Dedi mengetahui hal itu ketika mendata PKL di sana. Para PKL umumnya menyebut siapa saja yang mengizinkan mereka berjualan di sana.

"Kami data para PKL. Kami tanya, kok, bisa jualan di sini. Mereka jawab si ini, si itu (preman) yang ngizinin, jadi banyak (preman di Tanah Abang)," katanya.

Wakil Kepala Satpol PP Hidayatullah juga pernah menegaskan keberadaan preman di Tanah Abang. Dia menceritakan hal itu karena pernah menjadi camat di wilayah tersebut enam tahun.

PKL berjualan di sekitaran Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (18/10/2017).KOMPAS.COM/Anggita Muslimah PKL berjualan di sekitaran Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (18/10/2017).

Halaman:


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com