BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Uber

Mencegah Jakarta Macet Total pada Tahun 2022

Kompas.com - 08/11/2017, 17:14 WIB
Alek Kurniawan

Penulis

Sumber kompas.com

KOMPAS.com — Ketika Anda membaca ini mungkin Anda sedang terjebak di kemacetan atau baru sampai di rumah atau kantor setelah bergulat berjam-jam di kemacetan Jakarta.

Terjebak kemacetan sudah menjadi hal yang terlalu biasa buat warga Jakarta. Jika kondisi kemacetan tetap seperti ini atau malah semakin memburuk,  Jakarta diprediksi akan macet total, bukan tidak mungkin lima tahun lagi.

Situasi semacam ini pun mengingatkan pada sebuah video berjudul "The Boxes". Video ini bercerita tentang bagaimana masyarakat yang diibaratkan berkendara dalam kardus-kardus lantas tidak hanya terkunci tak bergerak, tetapi juga merasakan frustrasi di jalan.
 
Lucu tetapi miris. Karena pemandangan ini sungguh dekat di hati kita sebagai warga Jakarta.

Menurut data Badan Pusat Statistik Jakarta, setiap hari paling tidak ada 16,8 juta mobil dan motor yang memadati Jakarta. Bahkan, hanya dalam kurun waktu dua tahun (Desember 2014 hingga Desember 2016), jumlah mobil pribadi dan sepeda motor di jalanan Jakarta bertambah sebanyak hampir 500.000 unit.

Banyaknya kendaraan ternyata tidak berbanding lurus dengan banyaknya penumpang yang diangkut. Coba diperhatikan. Ketika Anda di jalan, kebanyakan mobil yang berada di kanan kiri Anda hanya diisi satu atau bahkan dua orang. Padahal kalau kita lihat, setiap mobil paling tidak dapat memuat 4-5 penumpang.

Baru-baru ini sebuah survei dari sebuah aplikasi ridesharing menyebutkan warga Jakarta menghabiskan waktu 68 menit setiap hari terjebak macet, dan 22 menit untuk mencari tempat parkir. Bila dijumlahkan, dalam setahun, warga Jakarta membuang 22 hari karena macet dan parkir.
 
Bayangkan, Anda membuang 22 hari dalam setahun, hampir dua kali jatah cuti Anda selama dua tahun. Waktu tersebut sebenarnya bisa Anda gunakan untuk berkumpul atau berlibur bersama keluarga, memulai usaha baru, atau kegiatan produktif lainnya.

Dari sisi psikologis, terjebak di kemacetan ternyata dapat merugikan kesehatan. Tidak hanya Anda harus berangkat pagi-pagi, pulang malam dan harus menghabiskan waktu untuk duduk di kendaraan berjam-jam, tetapi ternyata itu juga mempunyai efek ke pikiran.

"Saat pengendara terjebak macet dan membuang banyak waktu di jalan, tidak hanya stres atau marah yang muncul. Detak jantung dan tekanan darah meningkat," ujar profesor psikofisiologi Stephen Fairclough dikutip psychologytoday.com, Rabu (2/9/2015).

Sementara itu, dari sisi produktivitas dan perekonomian, imbas kemacetan ternyata juga parah.

"Kerugian Jabodetabek itu (akibat kemacetan) Rp 100 triliun per tahun," ujar Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono, Jumat (20/10/2017).

Pemerintah saat ini bekerja untuk memenuhi infrastruktur yang dibutuhkan dalam menanggulangi kemacetan. Namun, tentu saja, permasalahan ini tidak hanya menjadi pekerjaan rumah dari pemerintah, tetapi juga kita sebagai pengguna jalan.

Mungkin kita harus berpaling pada transportasi umum atau teknologi untuk membantu mengatasi masalah ini. Misalnya menggunakan kereta atau melalui aplikasi ridesharing, kita bisa berbagi tumpangan sehingga secara langsung mengurangi jumlah kendaraan di jalan.

Kita tidak bisa lagi menunggu untuk beraksi. Jika tidak, maka mungkin 2-3 tahun lagi, kita akan kehabisan waktu untuk bersama keluarga kita tercinta karena waktu yang kita punya sudah dibuang di jalan.


Terkini Lainnya

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com