"Kami ini sebetulnya mau dibina atau dibinasakan?" ucap wanita yang mengaku sudah berjualan sejak 10 tahun di kawasan Museum Fatahilah, Kota Tua.
Hal yang sama dirasakan Choirul Umam yang berjualan pakaian di Taman Kota Intan. Saat masih berjualan di sekitar Museum Fatahilah, omzetnya paling sedikit Rp 2 juta sehari.
Namun, ketika dipindah ke lokasi binaan Taman Kota Intan, dia pernah tidak mendapat satu pun pembeli pakaian yang dijualnya.
"Yang ke sini itu paling orang nyasar, karena lokasinya enggak kelihatan," kata Choirul.
Syahril, seorang pedagang minuman juga mengatakan, tanpa petunjuk arah, tidak banyak warga yang akan mengetahui lokasi binaan para pedagang kaki lima (PKL) tersebut.
Padahal, sebelum direlokasi mereka sudah menyampaikan keinginannya untuk dipasangkan petunjuk arah menuju lokbin. Tetapi pada kenyataannya hingga saat ini plang petunjuk arah itu tidak ada.
"Sampai detik ini petunjuk arah itu enggak ada, bagaimana orang mau datang ke sini, kalau petunjuk arah saja enggak ada, ditambah lagi ada gedung di depannya yang menghalangi, habis lah kita," tutur Syahril.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.